Thursday, March 30, 2006

Sebuah Anekdot

Ini hanyalah sebuah anekdot. Para tokoh-tokoh kita itu di kuburan nanti akan ditanya oleh Malaikat. Pertanyaannya begini:

Malaikat Munkar dan Nakir bertanya: Siapa kamu? Kebetulan yang ditanya adalah Bung Karno. Bung Karno menjawab: Aku Bung Karno.

M: Kamu ini siapa?

B: Pemimpin Nasionalisme Indonesia

M: Hei, kamu siapa?

B: E..e.. Muslim.

M: Gitu dong, jawabnya.

Berikutnya ditanya seseorang;

M: Kamu siapa?

Gus Dur: Muslim Pribumi.

M: Saya tidak perlu pribuminya.

Berikutnya;

M: Kamu siapa?

Cak Nur: Muslim Indonesia dan Muslim Peradaban.

M: Saya tidak butuh Indonesia dan Peradabannya.

Selanjutnya seorang aktivis HMI MPO ditanya;

M: Kamu siapa?

Aktivis: Saya bukan Muslim MPO, tapi Muslim pengikut Rasulullah.

M: Bagus, silakan berbahagia, Mas!!


By : Buddy

Revolusi Sistemik sebagai Strategi Transformasi Sosial

Di beberapa negara yang menggelar perubahan yang signifikan dan revolusioner, kaum tertindas atau kaum mustadh'afien menjadi kekuatan tersendiri yang senantiasa diperhitungkan. Kekuatan besar yang tersimpan pada elemen masyarakat ini sewaktu-waktu dapat dengan mudah dapat termobilisasi melakukan tindakan yang anarkis yang dalam kenyataannya akhirnya mengorbankan mereka juga. Apabila elemen ini tidak mendapat perhatian yang lebih serrius dan baik penanganan yang humanis dan transenden- maka hal yang barangkali paling tidak diharapkan akan senantiasa terjadi. Revolusi sistemik harus memperhitungkan aspek penting ini.

Revolusi sistemik adalah strategi perubahan sosial yang mengakomodasi berbagai pendekatan dengan penentuan secara jelas tahap tahap langkah dan pencapaian yang diperlukan. Revolusi sistemik dapat mengambil bentuk berbagai gerakan sosial yang pernah ada. Misalnya hasil studi Eyermen dan Jaminson (1991:56) yang mengklasifikasi perkembangan gerakan sosial sebagai berikut: Pertama, gerakan sosial tumbuh semacam siklus hidup (life cycle) dari tahap persiapan (gestation), disusul oleh tahap pembentukan (fomation), menuju tahap konsolidasi (consolidation). Gerakan sosial jarang muncul secara spontas tetapi memerlukan waktu persiapan. Kedua, tidak ada gerakan sosial yang berhasil tanpa tersedianya “kesempatan” (political opportunity), konteks ketertampungan masalah-masalah sosial serta konteks komunikasi yang membuka kemungkinan bagi artikulasi masalah dan penyebarluanan gagasan. Ketiga, gerakan sosial tidak dapat hadir hingga adanya individu-individu yang siap ambil bagian di dalamnya, bersedia mentransformasikan masalah pribadi menjadi masalah publik, serta mau terlibat dalam proses pembentukan identitas kolektif. Dengan demikan maka setiap perubahan yang terjadi perlu persiapan yang matang dan konsolidasi, baik dalam penciptaan opini bersama - common enemy maupun pada aspek konsolidasi gerakan. Menggunakan hasil studi di atas maka individu-individu yang dimaksud yang harus mengambil bagian dalam transformasi adalah individu tercerahkan yang terlibat pada masalah yang tertimpa kelompok tertindas mustadh'afien sampai membentuk identitas kolektif menuju perubahan yang diharapkan.

Perubahan diharuskan memiliki The ultimate goal yang pasti. HMI (MPO) mengemas pilihan harapannya dengan term Baldatun Thayyibatun Wa Tabun Ghafur. Istilah ini menjelaskan sistem dan wilayah sekaligus. Pada dataran implementatif yang empiris perubahan tersebut akan mengarah pada good and clean governance bagi suprastruktur masyarakat dan keadilan sosial dan kesejahteraan society justice and welfare khususnya bagi kesejahteraan kaum mustadh'afien pada akar rumput infrastruktur masyarakat. Konstruksi good and clean governance merupakan cerminan dari pemerintahan yang partisipatif civil society, adil dan berkeadaban, penegakan supremasi hukum, terakomodasinya hak-hak sipil, dan adanya kewajiban negara untuk mengayomi masyarakat. Upaya masyarakat untuk mewujudkan hak demikian harus merupakan akumulasi dari perjuangan berbagai pihak dan lebih khusus lagi adalah bangkitnya kaum mustadh'afien dan terakomodasinya hak-hak dan partisipasi mereka secara adil dan benar. Hanya dengan jalan demikianlah, perubahan dan revolusi sustemik menemukan signifikansinya.

HMI (MPO) dalam berupaya mengkonsentrasikan diri dan realitas masyarakat yang terabaikan hak-hak dan partisipasinya ini sebagai suatu langkah untuk menggebrak dan menopang perubahan. Semoga!!



By : Buddy

Kapitalisme Global

Prediksi banyak kalangan bahwa kapitalisme segera runtuh sejalan dengan kelemahan internal yang dimilikinya, serta serangan lawan-lawannya, ternyata tidak terbukti. Yang terjadi justru sebaliknya, kapitalisme justru makin berkembang dan mampu mengalahkan lawan-lawannya. Setelah kapitalisme global menyadari banyak mengenai kelemahan internal yang dimilikinya, mereka melakukan tambal sulam (kritik imanen dalam istilah Bambang I. Sugiharto) teoritis maupun politis. Pada tingkat teoritis, kapitalisme berhasil merubah beberapa asumsi klasik kyang "tidak humanis" menjadi sebentuik wajah yang lebih 'humani'. Di dalam praktik politik, kapitalisme global mengembangkan "welfare state".

Tambal sulam ini menyebabkan kapitalisme global tidak hanya berkembang baik di tempat asalnya, namun ia juga diterima di negara-negara yang menjadi lawan politik dan ideologinya. Setelah keruntuhan Uni Soviyet, negara-negara penganut komunisme satu persatu jatuh ke dalam pelukan kapitalisme. Indikasinya ditunjukkan dengan penerimaan sistem ekonomi pasar. Pada kondisi ini, negara-negara kapitalis dengan lebih mudah melakukan ekspor ideologi ke berbagai negara di belahan dunia. Sehingga pada kurun waktu dua dekade kapitalisme berhasil membangun jaringan-jaringan kapitalisme dunia dengan nama MNC (Mutinational Corporation) dan TNC (Transnational Corporation). Saat ini hampir tak satu negarapun yang tidak masuk dalam jaringan kapitalisme ini. Dengan demikian kapitalisme global telah menghegemoni dunia. Ia menjadi gurita raksasa yang mempermainkan biduk negara-negara berkembang (dunia ketiga).

Walau telah mengalami kritik imanen, pada kenyataannya kapitalisme tidak juga kehilangan wajah buruknya. Pokok masalah utama mereka sejak awal adalah dibangunnya eksploitasi dalam prinsip paradigmanya, dimana dihalalkanlah persaingan bebas (laizes faire) yang tidak manusiawi. Sehingga walaupun telah mengalami tambal sulam teoritis, wajah eksploitasinya tetap tidak tersingkir hilang. Yang terjadi hanya sebatas penghalusan bentuk penindasan, dengan tujuan yang masih tetap sama. Kapitalisme klasik melakukan penindasan dengan bentuk yang lebih telanjang, sementara kapitalisme kontemporer melekukannya dengan bentuk yang lebih sopan. Kapitalisme dalam istilah Y.B. Mangunwijaya mengandung "Darwinisme Sosial". Nilai ideologis inilah yang menyebabkan kapitalisme tidak bisa ramah kepada manusia, walaupun modifikasi teoritis terus dilakukan. Karena dengan nilai ideologis ini exploitation de I'homme par I'homme (penindasan manusia oleh manusia lain) selalu ikut melekat dan menyertainya.

Dominasi kapitalisme telah sedemikian merasuk ke dalam berbagai aspek kehidupan. Secara kultural kapitalisme membentuk mental masyarakat yang sangat konsumeris. Pada tingkat struktural, kapitalisme mengkonstruksi ketergantungan masyarakat di berbagai negara berkembang terhadap negara-negara maju dalam bentuk utang luar negeri yang berdampak pada terpangkasnya jiwa independensi kebangsaan dan semangat puritan.

Dalam konteks ke-Indonesiaan kondisi ketergantungan itu telah mengakibatkan upaya penyelesaian problem-problem kenegaraan dan kebangsaan dalam cita-cita dan agenda reformasi banyak terlupakan. Secara internal ke-Indonesiaan, kondisi ini diperparah lagi oleh munculnya perpolitikan elite yang saling berhadapan dalam logika pertarungan kepentingan.

Dalam keadaan demikian yang tak kunjung menunjukkan sinyal pasti penyelesaian, diperlukan adanya upaya dan sikap yang signifikan bahkan mungkin radikal dan intens dari seluruh komponen bangsa. Elemen yang ada apalagi yang duduk dalam struktur ataupun yang terdepak dari struktur, cenderung hanya dapat memetakan segala problem dengan serius dalam matra kepentingannya. Di luar matra kepentingan mereka adalah salah, yang berarti musuh. Yang memprihatinkan adalah terjadinya upaya "melibatkan" kekuatan kelompok-kelompok mahasiswa sebagai bamper untuk memberikan kesan reformis terhadap perjuangan kepentingan para elite politik itu.

Secara pasti kami masih ingin mendasarkan mata hati moral force sebagai cara pandang atau paradigma perjuangan kami. Sejak awal reformasi, kita tercekam oleh ketakutan akan come backnya ORBA. Di tengah jalan, nightmare itu mulai muncul dalam bentuk hiruk pikuk rakusnya berbagai kepentingan elite politik. Dan tibalah kita ke dalam jalan gelap kefrustasian yang tak berujung.

Dalam kondisi ini amatlah dibutuhkan kejernihan hati dan pikiran semua komponen harapan reformasi. Kita telah menyadari bahwa paradigma para elite politik selalu berujung pada upaya mendapatkan posisi dan kekuasaan. Walaupun dalam cita-cita, ada juga cita tindakan politik yang memperjuangkan moral sebagaimana ada pula tindakan moral yang memperjuangkan politik. Di sinilah letak orisinalitas bertindak akan diukur seberapa baik atau buruknya prinsip, strategi dan niat berbagai perilaku politik dan gerakan moral. Akhir kalam, wallahu a'lam bisshawab.



By : Buddy

RENDAH HATI

"Maka disebabkan rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka, sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka akan menjauhkan diri dari sekelilingmu karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampunan bagi mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka dalm urusan itu, dan apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepadaNya".


Perhiasan hati yang satu ini sangat berharga, namanya rendah hati. Sebuah kata yang sangat mudah untuk diucapkan, namun banyak orang yang mengalami kesulitan dan bahkan gagal dalam melaksanakannya. Oleh sebab itu sangat patut bagi manusia untuk meminta 'bantuan' dari Allah agar dapat melaksanakannya. Sebagaimana disinggung dalam ayat yang disebutkan di muka, bahwa "kalau bukan karena karunia Allah, tidaklah kamu berlaku lemah lembut" (fa bimaa rahmatin linta lahum). Dalam ayat yang lain Allah juga berfirman: "Ingatlah tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa, wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami di sisimu, dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dari urusan kami ini."


Pelajaran apa saja yang dapat dipetik dari kedua ayat yang di atas? Salah satunya adalah bahwa orang yang rendah hati itu memiliki ciri-ciri yang khas. Pertama adalah sikap dan sifat yang lemah-lembut; kedua pemaaf; ketiga suka memohonkan ampun; keempat, gemar bermusyawarah.


Kisah tentang kerasnya hati lalu berubah menjadi lembut karena rahmat Allah tergambar dalam perjalanan hidup Umar bin Khattab. Dikisahkan, Umar bin Khattab sebelum masuk Islam berperilaku sadis, kejam sekali, sampai suatu ketika ia melihat orang yang masuk Islam langsung hendak dibunuhnya. Termasuk anaknya sendiri ia bunuh. Suatu hari saat mendengar kabar bahwa adiknya sendiri masuk Islam, mukanya merah padam. Ia marah besar. Seketika ia menghunuskan pedangnya. Lalu ia pergi ke rumah adiknya dengan perasaan yang geram.

Saat itu adiknya sedang membaca al-Qur'an dengan khusyuknya. Lantunan ayat-ayat agung itu begitu indah dan merdu. Begitu mendengar untaian kalimah-kalimah mulia itu kemarahan Umar mendadak padam. Tubuhnya bergetar. Tangannya mengigil. Pedangnya terlepas dan jatuh. Hatinya luluh dan seketika itu ia bertanya kepada adiknya tentang lafaz-lafaz yang dibacanya. Fatimah, adiknya, mengatakan bahwa itu adalah al-Qur’an. Tanpa pikir panjang, Umar langsung menyatakan keyakinannya atas ajaran Nabi Muhammad ini. Ia masuk Islam. Tidak cukup hanya mengucapkan dua kalimah syahadat, ia juga mempelajari ajaran-ajaran Islam yang lain dari Nabi Muhammad sendiri maupun dari para sahabat yang lain. Walhasil, hatinya yang semula keras, kejam, dan sadis berubah menjadi lembut dan mulia.


Tak berhenti hanya ketika Rasulullah masih hidup, bahkan ketika Rasulullah sudah meninggal dunia, keteguhannya kepada Islam tetap kuat. Pada saat amanah kekhalifahan berada di pundaknya, selain memikirkan urusan-urusan kenegaraan, beliau juga memikirkan nasib rakyatnya. Kalau khalifah sebelumnya, Abu Bakar, membagi malam harinya untuk tidur, tahajud, dan membaca al-Qur’an, Khalifah Umar bin Khattab menggunakan sepertiga malam untuk tidur, sepertiga untuk tahajjud, dan sepertiga lainnya untuk berkeliling mendengar keluh kesah rakyatnya.


Dalam sebuah kesempatan, ketika Umar bin Khattab sedang berkeliling memeriksa kondisi rakyatnya, terdengar suara tangisan anak-anak yang begitu menyayat dari sebuah gubuk. Beliau berhenti. Suara tangis itu kian lama kian mengeras. Beliau memutuskan masuk ke gubuk tersebut. Tiga kali salam beliau ucapkan tapi tak ada sahutan dari dalam gubuk. Akhirnya, beliau masuk saja. Alangkah terkejutnya beliau saat mengetahui bahwa ternyata ibunya sedang merebus batu. Ketika ditanya kenapa ia melakukan hal itu, Ibu yang tampak bermuram durja itu menjawab bahwa suaminya telah meninggal di medan perang. Sementara anak-anaknya tidak ada yang bisa menafkahi, sudah tiga hari tidak makan. Semua ini, katanya, dikarenakan pemerintahan Umar yang tidak peduli pada keluarga mujahid yang meninggal di peperangan. Sehingga mereka sengsara dan menderita.


Hati Umar trenyuh dan sedih mendengar keluh kesah keluarga tersebut. Beliau kemudian pergi ke Baitul Maal, mengambil sekarung gandum, dan memanggulnya sendiri untuk dihantarkan ke keluarga yang menderita tadi. Ketika ada salah seorang sahabat yang tahu Sang Khalifah memanggul barang berat, ia menawarkan untuk menggatikannya, tapi Umar tak mau. Ia ingin mekakukannya sendiri. Malahan Umar balik bertanya, apakah kamu sanggup memikul dosaku di Padang Mahsyar nanti? Sahabat tadi lalu mebiarkannya saja sambil terheran-heran.

Sesampai di rumah keluarga yang memasak batu tadi, Umar menyediakan dirinya sebagai juru masak yang baik buat mereka. Ia memasak gandum tadi beserta sayur dan lauk pauknya sekalian. Setelah semuanya matang, ia menghidangkannya buat seluruh anggota keluarga tadi. Lalu beliau berpamitan pulang. Betapa gembiranya Ibu dan anak-anaknya. Ia menghaturkan ucapan terima kasih berulang-ulang. Ia mengatakan bahwa perilaku dan amalnya jauh lebih baik daripada Umar bin Khattab. Ibu tadi tidak menyadari bahwa ternyata yang dihadapinya adalah Umar, Sang Amirul Mukminin, orang yang disinggungnya.

Pada kesempatan yang lain, Umar bin Khattab berjalan-jalan di malam hari untuk melihat kondisi rakyatnya lagi. Kali ini ia menemukan kenyataan yang serupa dengan yang dijumpainya ketika ada keluarga yang merebus batu. Persis di sebuah gubuk kecil yang tampak terawat ada perbincangan seorang ibu dengan anak gadisnya. Sang ibu bertanya kepada anak gadisnya, "Anakku, apakah engkau sudah memeras susu?" Si anak menyahutinya dengan antusias," Ya, sudah, Bu!" Ibunya bertanya lagi", "Dapat berapa?" Dengan lembut anaknya menjawab," Dapat setengah liter, Bu!" Sang ibu tidak begitu puas dengan hasil perasan susu yang hanya setengah liter. Ia pun memerintahkan anaknya untuk mencampurnya dengan air. Tapi sang anak menolak. Ia ingat betul pesan khalifah Umar yang melarang mencampurkan (mengoplos) susu dengan air. Sebab pengoplosan sama dengan penipuan. Ibunya bersikeras," Khalifah macam apa dia. Ayahmu perang, meninggal, dan kita dalam keadaan susah begini, ia tak tahu dan mengabaikan". Dengan nada yang lembut dan tenang sang anak menyahuti ibunya,"Iya Ibu. Namun meski Khalifah Umar tidak belihat, bukankah Allah tetap melihat dan mengetahui perbuatan kita?!"


Demi mendengar kata-kata anak gadis itu, Umar terharu. Keesokan harinya beliau memerintahkan para sahabat untuk menyelediki siapa gerangan anak gadis itu. Ternyata benar, ia adalah seorang anak yatim yang ditinggal ayahnya yang meninggal di medan perang. Umar lalu memanggil anaknya yang masih bujangan. Ia bertanya kepadanya," Maukah engkau menikah dengan anak gadis yang dalam dirinya terdapat mutiara?" Demikianlah Umar yang dengan kerendahan hatinya dapat menemukan mutiara terpendam, meskipun letaknya ada di antara rakyatnya yang tak terpandang.


Di zaman yang serba materialistis ini, sulit menemukan pribadi pemimpin agung seperti Umar ini. Ia mencarikan jodoh buat anaknya tidak dengan memandang timbunan mutiara, aneka perhiasan, atau kekayaan yang dimiliki calon menantunya. Namun yang dicarinya adalah orang yang memiliki mutiara dalam hatinya, yakni keyakinan agamanya. Dengan kerendahan hati, Umar juga tidak mempermasalahkan pangkat, paras, maupun asal-usul kebangsaan keluarganya. Tapi ia begitu perhatian dengan hatinya, tempat dimana keyakinan agama bersemayam.


Kisah yang lain menceritakan tentang pembagian zakat. Suatu kali zakat yang terkumpul lumayan banyak, sebelum kemudian dibagi-bagikan kepada orang miskin. Sebagai pemimpin yang mengamili zakat, Umar seharusnya juga mendapatkan hak. Para amilin (pembagi) mengambil haknya secara penuh, yang masing masing nilainya cukup banyak. Sementara Umar hanya mengambil satu setel baju saja. Lalau ada sahabat yang memprotes," Wahai pemimpin kami, kami tidak akan mematuhimu lagi". "Kenapa demikian” Umar bertanya keheranan. "Sebab ini sungguh tidak adil. Orang lain mendapat banyak, sementara engkau sendiri hanya mendapatkan satu stel baju." Umar tidak menjawab, ia hanya melikrik saja kepada anaknya. Mengerti akan isyarat yang diberikan ayahnya, sang anak angkat bicara," Soal baju ayah, biar saya yang bertanggung jawab."


Masih tentang Umar bin Khattab. Anaknya yang masih kecil tiba-tiba merajut. Ia tak mau pergi bersekolah dan bermain dengan teman-temannya lagi karena ia sering diejek gara-gara bajunya terlalu banyak tambalannya. Tak sampai hati mendengar keluhan dan aduan anaknya, Umar bin Khattab pergi ke bendahara negara. Ia hendak meminjam uang untuk membelikan baju untuk anaknya. Ia mengatakan kepada bendahara tentang keperluan pribadinya, meminjam uang. Untuk melunasinya, ia meminta agar bendahara memotong gaji bulanannya. Sang bendahara tidak begitu saja menerima permintaan Umar. Ia berkata,” Hai Umar, apa kamu yakin bahwa umurmu sampai bulan depan?” Mendengar peringatan dari bendahara itu, Umar terpukul sekali. Ia tersadar bahwa tak mungkin baginya untuk meminjam uang dari kas negara. Lalu Umar pun pulang menemui anaknya dengan tangan hampa. Tapi ia tetap membesarkan hati anaknya agar tetap mau bersekolah meskipun dengan pakaian yang apa adanya.


Kejadian semacam itu adalah suatu hal yang langka, barangkali malah mustahil dapat dilakukan oleh para pemimpin di zaman sekarang ini. Yang paling mungkin mereka lakukan adalah memecat bendahara yang membangkanag atau malah berkongkalikong dengan bendahara untuk melakukan korupsi bersama. Namun tidak demikian bagi pemipin atau seorang muslim yang mau meneladani perilaku Umar bin Khattab yang rendah hati itu.


Kenapa manusia bisa memiliki hati yang lembut dan mulia semacam Umar tadi? Allah berfirman dalam al-Qur'an: "Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran bagimu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit yang ada dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. Katakanlah, dengan karunia Allah dan rahmatnya. Hendaklah dengan itu kita bergembira. Kurnia Allah dan rahmatnya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan."


Karunia dan rahmat Allah adalah jawabannya. Jadi, jika manusia hendak mendapatkan kualitas sifat rendah hati yang baik, maka ia musti mencari dan mendapatkan rahmat dan karunia dari Allah. Bagaimana caranya? Allah sudah memanggil manusia dengan panggilan" Wahai Manusia." Kalau masih merasa manusia, tentu orang Islam musti menyahutinya. Ternyata setelah memanggil manusia Allah memberikan petunjuk tentang bagaimana agar manusia memperoleh rahmat dan karunia-Nya.


Dikatakan di ayat di atas bahwa telah datang pelajaran bagi manusia. Apakah pelajaran itu? Tidak lain dan tidak bukan adalah al-Qur'an. Kalau yang dipanggil adalah an-naas, berarti yang dituju adalah manusia dalam pengertian ruhnya. Bukan manusia dalam pengertian al-insaan (jasad). Nah, jika demikian halnya maka bagaimana caranya agar ruh manusia ini terpanggil untuk mempelajari dan mengamalkan pelajaran yang didapatnya? Adalah dengan cara terus-menerus membaca, mempelajari, memahami, menghayati, dan mengamalkan al-Qur’an demi mendapatkan rahmat Allah. Jadi, jika ada manusia yang pergi ke sebuah majlis taklim hanya karena merasa tidak enak kepada teman-temannya yang lain, atau hanya untuk mencari teman, atau biar dikatakan soleh atau solehah, maka semua pekerjaannya menjadi sia-sia belaka. Orang yang semacam itu tidak akan mendapatkan inti dari pelajaran al-Qur'an yang artinya rahmat Allah pun enggan mampir kepadanya.


Semua tindakan musti dilandasi oleh keinginan tulus untuk mendapatkan rahmat dan karunia Allah. Sebab keduanya hanya diberikan kepada orang yang dikehendaki. Artinya, orang-orang yang mampu memahami dan mengamalkan pelajarannya dengan baik. Untuk itu, hal-hal yang penting musti dicatat, dibaca ulang, dipelajari sambil terus berdo'a agar diberi kepahaman yang benar,” Rabbii zidnii ilman wa-rzuqnii fahman (Tuhan, beri aku ilmu, beri aku paham ya Allah).
Dengan pelajaran yang menghujam ke dalam hati dan pikiran, niscaya penyakit-penyakit yang bercokol di dalam diri manusia akan terobati. Begitu pula halnya dengan Umar bin Khattab yang berhasil menghilangkan sifat kejinya dan berganti dengan kerendahan hati. Hal itu semata-mata karena beliau mampu menghafalkan, menghayati, dan mengambil pelajaran darinya. Sehingga perbuatan-perbuatan jahat yang tadinya bercokol di dalam dada terkikis habis hingga hilang sama sekali atas rahmat dan petunjuk dari Allah. Atas karunia semacam itu lalu manusia bergembira, bersyukur, dan selalu ingat kepada Allah dengan melakukan hal-hal yang terpuji.


Tentang pentingnya mengasah dan menghiasi diri dengan pelajaran dari Allah ini, ada tauladan dari sejarah kenabian. Alkisah, suatu hari Nabi Muhammad sedang memberikan pelajaran kepada para sahabat. Nabi bertanya, “Wahai sahabatku, adakah di antara kalian yang mau keluar rumah, berdagang, dan lalu pulang dengan membawa keuntungan dua ekor unta?” Para sahabat menjawab dengan gembira, "Kami mau ya Rasulullah." Nabi melanjutkan bahwa yang dimaksud dengan keluar rumah itu adalah pergi ke majelis ilmu, menuntut ilmu dengan benar. Yang demikian itu, menurut Rasulullah, lebih baik daripada 2 ekor unta. Berdagang dengan Allah melalui belajar di sebuah majelis ilmu ternyata lebih menguntungkan dan mulia daripada berdagang dalam arti sesungguhnya. Tentu saja keuntungannya bukan materi, tapi bisa saja dengan keuntungan yang sifatnya non-materi (yaitu ilmu), materi akan datang dengan sendirinya. Namun demikian, ilmu yang didapat dan diamalkan dengan benar akan mendatangkan kebahagiaan yang tak ternilai harganya, yakni kebahagiaan ukhrawi. Bukankah Allah pernah berfirman," Wal-aakhiratu khairul-laka minal-uulaa (negeri akherat itu lebih baik dan lebih kekal daripada dunia)?"


Namun demikian, hanya sedikit orang yang percaya akan adanya kebahagiaan di akhirat itu. Orang yang sedikit itulah yang disebut sebagai orang pilihan. Sebab mereka mau belajar al-Qur'an, memahaminya, dan mengamalkannya sehingga dapat memetik hikmah dan buah darinya. Pernah ada seorang sahabat yang berdoa di Multazam. Doanya unik tapi indah. Bunyinya," Ya Allah, masukkanlah aku ke dalam golongan yang sedikit." Nabi mendengarnya. Doa itu dipanjatkan berulang-ulang kali. Nabi penasaran dan bertanya," Kenapa kamu berdoa dengan lafaz yang seperti itu?” Sahabat tadi dengan santai menjawab," Allah memberitahukan bahwa sedikit orang yang masuk surga. Untuk itu aku berdoa semoga aku dimasukkan ke golongang orang yang sedikit itu." Benar juga si sahabat ini !!


Tentu saja nasib orang yang terpilih tadi akan sangat berbeda dengan orang kebanyakan. Dari seluruh jumlah penduduk di Idonesia ini, berapa orang yang bisa membaca al-Qur'an? Dari orang yang bisa membaca, berapa orang yang mengerti maknanya? Dari yang mengerti maknanya, berapa yang mau mengamalkannya dan kemudian mengimani seutuhnya? Jika diurutkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas, maka urutannya makin ke belakang pasti jumlahnya makin sedikit saja. Dan, orang yang termasuk dalam golongan yang sedikit itu (orang beriman) adalah orang yang akan mendapatkan kenikmatan dari Allah. Allah berfirman dalam al-Qur'an:

"Apakah orang-orang yang membuat kejahatan itu menyangka bahwa kami akan menjadikan mereka seperti orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang shaleh, yaitu sama antara kehidupan dan kematian mereka, amat buruklah apa yang disangka itu."

Orang yang suka melakukan kejahatan berbeda dengan orang yang beriman. Seiring sunnah alam yang di dalamnya ada kehidupan dan kematian, ada yang hidup dan ada yang mati, maka demikian pula dengan manusia. Benar bahwa konsep mati adalah ketika ruh meninggalkan jasad dan hidup itu adalah ketika ruh masih bersama jasad. Namun demikian, orang yang berbuat jahat sesungguhnya 'mati'. Ruhnya yang mati meskipun ia masih berada dalam kandungan jasad. Tapi karena ruh itu tak pernah diberi makan, dimandikan, dirawat, dan di beri pendidikan maka ia hakekatnya telah mati. Dalam kaitan inilah, sabda nabi menemukan ketepatan maknanya ketika beliau mengatakan, ruh itu di dunia tidur (an-nafsu fiddunya niyamun). Ruh tidak bekerja dan tidak berfungsi. Itu sama artinya dengan mati.


Sementara orang yang beriman, ia mengerti firman Allah. Meskipun semula juga tidak tahu apa makna dan pengertiannya, tapi ia terus mau belajar. Dari belajar ia faham. Proses belajar dan membacanya tak pernah mengenal kata henti. Semakin ia baca firman Allah itu, semakin banyak makna dan kepahaman yang menghambur ke dalam dirinya, dan merasuk ke dalam ruhnya.


Dulu pernah saya ibaratkan orang yang beriman itu melalui kisah dua anak muda yang saling mengikat janji. Karena satu dan lain hal berkaitan dengan pekerjaan, akhirnya mereka terpisah oleh jarak yang begitu jauh. Tapi sebenarnya jarak itu tak sanggup memisahkan ikatan cinta yang begitu dalam di antara mereka. Lama kelamaan, kabar dari yang pria tak kunjung datang. Sehingga si perempuan yang tadinya setia menunggu di rumah, akhirnya tak kuasa lagi menunggu. Dia dan keluarganya memutuskan untuk menerima lamaran lelaki lain. Tak lama setelah itu, surat dari sang kekasih lama nun jauh di sana datang. Di dalamnya tertulis untaian ungkapan cinta yang menentramkan. Dia menulis, "Kita dulu memadu kasih dan janji setia dengan hikmatnya. Kesyahduan alam meliputi dan meridhai kita. Demi masa depan kita, aku pergi meninggalkanmu sementara. Memang aku keliru karena agak lama tak memberimu kabar. Padahal, tadinya aku ingin memberimu sebuah kejutan. Aku hendak datang dan langsung melamarmu menjadi istri abadiku. Sayangnya, lelaki yang kini jadi suamimu itu telah berhasil menaklukanmu. Aku mengenalnya. Dulunya ia penipu dan perbuatannya tidak baik. Semoga dengan bersamamu ia kini berubah. Asal kamu tahu saja, bahwa cintaku kepadamu tak pernah padam. Bahkan badai pun takkan sanggup membekukan bara cinta sejatiku kepadamu. Kuharap suatu saat kita bisa bertemu. Dalam keadaan yang lebih baik. Semoga kamu bahagia. Bersama ini kusertakan petunjuk jika sekiranya engkau masih ingin bertemu denganku suatu saat. Wassalam."


Demikianlah gambaran ikatan janji manusia dengan Tuhannya di alam rahim. Tapi sayang, begitu lahir ke dunia, manusia seringkali tidak merasa bahwa ia pernah punya ikatan janji. Ia tak tahu siapa dan dimana Allah. Akhirnya, ia pun jatuh cinta kepada alam, kepada dunia. Tuhan Yang Maha Kasih mengetahui semua gerak-gerik manusia yang sudah menduakan cinta-Nya. Maka Dia mengirimi surat, namanya al-Qur'an. Di dalamnya terdapat pemberitahuan bahwa kekasihnya yang bernama dunia itu adalah tipuan belaka. Keindahannya sementara saja. Tawaran kenikmatannya semu. Yang sejati adalah kebahagiaan di akhirat dan pertemuan dengan Allah di akhirat nanti.


Jadi, telah jelas bahwa kualitas hidup orang yang beriman sangat berbeda dengan kualitas hidup orang yang tidak beriman. Yang pertama memenuhi janjinya untuk senantiasa menyambung tali kasih-sayang dengan Allah. Sedangkan yang kedua lalai dan acuh dengan perjanjian di alam rahimnya. Akibatnya, orang yang beriman masih mampu menyambungkan ruhnya dengan Allah sementara jasadnya dapat bergaul dengan sesama manusia dengan cara-cara yang baik dan luhur. Sementara itu orang yang tidak beriman, selain hubungannya dengan Allah terputus, pergaulannya dengan manusia mengarah pada kemaksiatan dan kejahatan yang merusak tatanan kemanusiaan.


Tidak hanya dalam kualitas hidup keduanya berbeda. Dalam hal menjelang mati pun tidak sama. Sewaktu sekarat, orang yang tidak beriman seakan-akan bertarung hebat dengan malaikat pencabut nyawa. Ketika malaikat hendak mencabut nyawanya, orang yang tidak beriman itu memberontak, menolak, dan melawan yang padahal menambah penderitaannya saja. Malaikat memukulnya dari depan dan belakang sebelum akhirnya manusia tadi menghembuskan nafas terakhirnya. Sementara orang yang beriman mengalami dan menyambut sakaratul maut dengan senang dan gembira. Bahkan malaikat dengan sopan dan penuh hormat mempersilahkannya menuju tempat yang diidamkan semua orang, yaitu surga. Kenapa demikian? Sebab orang yang beriman itu menghiasi dirinya dengan sifat-sifat yang terpuji. Nyawanya tidak akan dicabut sebelum tempat tinggalnya disurga nanti tampak jelas. Itulah rahmat dan karunia dari Allah SWT. Namun, bagaimana caranya agar manusia bisa mendapatkan rahmat yang seperti itu? Allah berfirman:


"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami adalah orang-orang yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat Kami mereka menyungkur sujud, bertasbih serta memuji Tuhannya sedang mereka tidak menyombongkan diri, lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan hara, dan mereka menafkahkan sebagian dari rizki yang kami berikan kepada mereka. Seseorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk merekam, yaitu bermacam-macam nikmat yang menyebabkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan, maka apakah orang yang beriman seperti orang yang fasik, atau kafir."


Salah satu makna yang dapat dipetik dari ayat di atas adalah ciri kerendahan hati seorang muslim. Ciri itu adalah kalau dibacakan ayat Tuhan atau diperingatkan dengan ayat Tuhan, mereka tersungkur sujud dan bertasbih. Yang sujud tersungkur itu bukan hanya jasad, tapi lebih-lebih adalah ruh. Sujudnya ruh tidak sama dengan sujudnya jasad yang cukup menyungkurkan kening dan bibir di atas alas sajadah atau bumi. Ruh yang sujud itu adalah yang ruh yang menghiasi dirinya dengan sifat-sifat terpuji (mahmudah). Ruh yang melawan dorongan kebaikan adalah ruh yang tak bersujud meskipun keningnya masih menyentuh ujung sajadah. Misalnya ada seseorang yang diingatkan agar mencari nafkah yang halal. Tapi hatinya memprotes dengan mengatakan bahwa mencari yang haram saja susah apalagi yang halal. Dinasehati agar jujur dalam berdagang, malah melengos sambil mengatakan bahwa orang yang jujur tak mungkin bisa untung. Ruh yang seperti ini adalah contoh dari ruh yang tidak bersujud.
Ciri rendah hati yang lain adalah lambung yang jauh dari tempat tidur. Kenapa begitu? Sebab orang yang menjauhkan lambungnya dari tempat tidur, artinya, mereka menyeru Tuhannya dengan penuh kesungguhan yang disertai harap-harap cemas, agar dikaruniai rahmat dari Allah SWT. Selain itu, mereka juga mengerjakan sholat malam dan membaca al qur’an di malam hari. Sebab malam hari adalah waktu yang lebih tepat untuk khusuk dalam beribadah.


Balasan bagi orang-orang yang memiliki ciri-ciri tersebut sungguh agung. Sebuah hadis pernah menyinggung bahwa orang yang gemar bertahajud, akan dibuatkan istana-istana di dalam surga, gedung-gedung yang megah, dan kebun-kebun yang indah. Bahkan sebelum nyawanya meninggalkan jasad, tempat tinggalnya nanti yang bernama surga sudah ditampakkan.
Sebaliknya orang yang tidak memiliki ciri-ciri tersebut dan bahkan menentang Allah, ia akan mengalami penderitaan yang tak putus-pustusnya. Nabi Ibris pernah melukiskan penderitaan sekaratnya orang-orang yang jahat. Menurutnya, penderitaan mereka lebih sakit dan pedih dua kali lipat daripada penderitaan kambing yang dikupas hidup-hidup. Rasa sakit orang yang beriman akan hilang karena ia telah melihat keindahan surga yang menjadi jatah dan haknya. Semoga kita semua termasuk golongan yang mendapakan rahmat dan karunia dari Allah yang berupa surga itu. Amien...

RESEP Kasih Sayang

Bahan DASAR :
1 pak kasih sayang
1 mangkuk besar Fiman Allah
1 pak Do'a

Bahan untuk ISI :
1 Pria dan 1 Wanita, pilih yang benar-benar matang
1 gelas Kasih Sayang Murni (KSM)
2 sendok Komitmen
2 sendok Komunikasi
1 butir Kesamaan Visi
1 potong Restu Keluarga
- Rasio dan Emosi secukupnya

Bahan untuk HIASAN/TOPPING (bagus/mentereng/amat baik) :
- Humor Segar dipotong kecil
- Pergi Bareng secukupnya
- Telpon-telponan sesuai selera

Cara Membuat :

Pertama, Untuk DASAR : Kocok lepas Kasih Sayang sampai mengembang, tambahkan Firman Allah dan Do'a, aduk sampai rata dan tidak lengket kemudian sisihkan.
Kedua, Untuk ISI : Cuci bersih Pria dan Wanita, kupas, buang kotorannya. Rendam dalam KSM secara merata (bila Kasih Sayang sungguh-sungguh dan murni, akan mudah menyerap ke dalam).
Ketiga, Sesudah menyerap, lumatkan jadi satu sambil perlahan-lahan dicampur dengan Kesamaan Visi dan Restu Keluarga. Bubuhkan rasio dan emosi.
Keempat, Sebagai bahan pengawet alami, tambahkan komitmen dan komunikasi, aduk sampai rata.
Kelima, Untuk TOPPING (hiasan) : campurkan semua.
Keenam, Siapkan mangkuk ceper/loyang. Alasi semua dindingnya dengan bahan dasar. Jangan tipis-tipis.
Ketujuh, Ke dalamnya masukkan bahan isi sampai penuh, taburi atasnya dengan campuran Humor Segar, Pergi Bareng dan Telpon-telponan secara merata.
Kedelapan, Panggang dengan api sedang, sampai berwarna coklat keemasan dan harum. Siapkan disajikan hangat-hangat.


Saran Penyajian :
Kue ini bisa dimakan kapan saja, asal tidak disajikan beku/dingin, atau terlalu panas. Seandainya mulai terasa garing, tambahkan Humor segar, Pergi bareng dan Telpon-telponan
Lama Persiapan :
Kira-kira 3 bulan (tergantung kematangan Pria dan Wanita).

Lama Memasak :
Kira-kira 1 bulan (tergantung Firman Allah dan Do’a).
Daya tahan : Lama, Percaya dech !!!


TIPS :

1.Memilih Pria dan Wanita, harus segar dan matang. Cari yang tingkat kematangannya sama. Hindarkan yang masih mengkal (hasilnya akan sepet), Atau yang terlalu tua (susah lumatnya). Walaupun kadang bentuknya biasa-biasa saja dan agak jual mahal, dalamnya pasti matang. Hindarkan mencari di Pesta/Diskotik/Forum Chatting, karena walaupun kelihatan dari luar bagus, mulus dan murah, biasanya dalamnya busuk.

2.Selalu gunakan hanya 1 Pria dan 1 Wanita. Bila Anda coba menambahkan Pria atau Wanita lain, baik untuk bahan isi atau sekedar hiasan, kue akan basi dan tidak dapat dinikmati lagi.

3.Gunakan Kasih sayang yang murni, karena di dalamnya terkandung unsur-unsur vitamin dam mineral yang lengkap, yaitu : pengertian, sabar, murah hati, sopan, tidak sombong, tidak egois, bukan pencemburu/pemarah/pendendam.

4.Ini penting : Dalam resep-resep modern, beberapa orang mencoba mengganti KSM ini dengan PMX (Pre-Marital Sex) untuk mendapatkan rasa yang sensasional. Sayangnya, hasilnya tidak menggembirakan. Walupun awalnya terasa dahsyat, nikmatdan lezat, segera saja akan terasa hambar dan pahit. JANGAN DICOBA !!!
5.Walau biasanya rasa hangat, gurih dan enak, kadang-kadang karena kondisi lingkungan, kue ini berubah agak masam, garing atau dingin. Tidak usah takut, ini proses alami yang wajar. Hangatkan dengan beberapa pertemuan dan bubuhkan saja Do’a, Komitmen dana Komunikasi untuk mempertahankan keawetan dan mengembalikan citarasa semula.



Selamat Mencoba... !!!^_^

By : Buddy

Arti Cinta..

Jika kita mencintai seseorang, kita akan
senantiasa mendo'akannya walaupun
dia tidak berada disisi kita.

Tuhan memberikan kita dua kaki untuk berjalan,
dua tangan untuk memegang, dua telinga untuk mendengar dan dua mata untuk melihat.
Tetapi mengapa Tuhan hanya menganugerahkan
sekeping hati pada kita ?
Karena Tuhan telah memberikan sekeping lagi
hati pada seseorang untuk kita mencarinya.
Itulah Cinta ...

Jangan sesekali mengucapkan selamat tinggal
jika kamu masih mau mencoba !!!
Jangan sesekali menyerah jika kamu masih
merasa sanggup !!!
Jangan sesekali mengatakan kamu tidak
mencintainya lagi, jika kamu masih
tidak dapat melupakannya !!!

Jangan simpan kata-kata cinta pada orang yang
tersayang sehingga dia meninggal dunia
lantaran akhirnya kamu terpaksa catatkan
kata-kata cinta itu pada pusaranya.

Sebaliknya ucapkan kata-kata cinta yang
tersimpan dibenakmu itu sekarang
selagi ada hayatnya.

Mungkin Tuhan menginginkan kita bertemu dan
bercinta dengan orang yang salah
sebelum bertemu dengan orang yang tepat,
kita harus mengerti bagaimana
berterimakasih atas karunia tersebut.

Sungguh menyakitkan mencintai seseorang yang
tidak mencintaimu, tetapi lebih
menyakitkan adalah mencintai seseorang dan
kamu tidak pernah memiliki
keberanian untuk menyatakan cintamu kepadanya.

Seandainya kamu ingin mencintai atau memiliki
hati seorang gadis,
ibaratkanlah seperti menyunting sekuntum mawar
merah. Kadangkala kamu
mencium harum mawar tersebut, tetapi
kadangkala kamu terasa bisa duri mawar
itu menusuk jari.

Cintailah seseorang itu atas dasar siapa dia
sekarang dan bukan siapa dia sebelumnya.
Kisah silam tidak perlu diungkit lagi, kiranya kamu
benar-benar mencintainya
setulus hati.

Cinta sebenarnya adalah membiarkan orang yang
kamu cintai menjadi dirinya sendiri dan
tidak merubahnya menjadi gambaran
yang kamu inginkan.
Jika tidak, kamu hanya mencintai pantulan diri sendiri
yang kamu temukan didalam dirinya.

Kamu tidak akan pernah tahu bila kamu akan
jatuh cinta. Namun apabila sampai
saatnya itu, raihlah dengan kedua tanganmu dan
jangan biarkan dia pergi
dengan sejuta rasa tanda tanya dihatinya.

Cinta bukanlah kata murah dan lumrah dituturkan
dari mulut kemulut tetapi
cinta adalah
anugerah Tuhan yang indah dan suci jika manusia
dapat menilai kesuciannya.

Bercinta memang mudah, untuk dicintai juga
memang mudah. Tapi untuk dicintai
oleh orang yang kita cintai itulah yang sukar
diperoleh.

Cinta adalah keabadian... dan kenangan adalah
hal terindah yang pernah dimiliki.

Siapapun pandai menghayati cinta, tapi tak
seorangpun pandai menilai cinta
karena cinta bukanlah suatu objek yang bisa
dilihat oleh kasat mata,
sebaliknya cinta hanya dapat dirasakan melalui
hati dan perasaan.

Cinta mampu melunakkan besi, menghancurkan
batu, membangkitkan yang mati dan
meniupkan kehidupan padanya serta
membuat budak menjadi pemimpin.
Inilah dahsyatnya cinta !!!


By : Buddy

#= NASIONALISM =#

" Putera dan pemimpin yang jujur dan selalu hidup dengan tanggung jawab yang sebenarnya, selalu mengukur fikiran dan tindakannya dengan nilai-nilai yang dijadikannya pedoman kehidupannya serta perjuangannya."

29 September 1952

( Sutan Sjahrir)

" Janji sudah kita dengungkan, tekad sudah kita tanam, semua ini tidak akan bermanfaat bagi tanah air kita, apabila janji dan tekad ini tidak kita amalkan dengan amalan yang nyata."

" Robek-robeklah badanku, potong-potonglah jasadku ini, tetapi jiwaku dilindungi benteng merah putih, akan tetap hidup, tetap menuntut bela, sipapun lawan yang aku hadapi."

(Panglima Besar Jenderal Sudirman)

" Pengambilan keputusan terbaik pada umumnya dihasilkan oleh kepala dingin, yang mampu menangkap inspirasi akurat dan menilai sesuatu dengan tepat serta tidak mudah terpengaruh oleh sesuatu yang tidak menggembirakan atau sesuatu yang menyedihkan."

(Napoleon Bonaparte)

" Kasihan bangsa yang mengenakan pakaian yang tidak ditenunnya,memakan roti dari gandum yang tidak ia panen dan meminum susu yang ia tidak memerasnya. Kasihan bangsa yang menjadikan orang dungu sebagai pahlawan, dan menganggap penindasan penjajah sebagai hadiah."

(Khalil Gibran)



By : Buddy

MODERNITAS, ISLAM DAN KAUM MUSLIMIN

"… kami menghadapi suatu kenyataan yang pahit, tragedi yang harus kami ratapi, ialah: mengapa kami harus berhadapan dengan umat Islam sendiri, yakni orang yang mengaku Islam tapi menolak hukum Islam?" (KH. M. Isa Anshary, Kami Menuju Republik Indonesia Berdasarkan Islam, Pidato Pada Sidang Konstituante Tahun 1957)

"Masyarakat kita masih beriman, memelihara tradisi dan aqidah, tetapi dalam waktu yang sama mereka dijajah, ditindas, terbelakang, terasing, dan acuh tak acuh. Mereka pernah mencoba melakukan perubahan sosial dan mempraktikkan ideologi sekular untuk menciptakan modernisasi. Namun problem mendasar dalam hidup mereka belum terselesaikan, atau bahkan bertambah pelik." (Hassan Hanafi, Min al-Aqidah ila al-Tsaurah, 1988)

Pergumulan antara Islam dan modernitas merupakan salah satu permasalahan krusial yang dihadapi oleh kaum Muslimin dewasa ini, khususnya di negara-negara belahan Dunia Ketiga. Hal itu mengemuka terutama sejak otoritas Islam sebagai kekuatan politik merosot tajam pada abad ke-18. Persoalan ini telah menyita banyak energi kalangan intelektual Muslim untuk memecahkannya, namun hingga kini boleh dikatakan belum ada suatu pembahasan yang tuntas baik dalam bentuk solusi maupun antisipasi mengenai persoalan Islam dan modernitas.

Masuknya modernitas ke dunia Islam melalui suatu proses apa yang disebut “serbuan” (l’irruption) atau melalui kekerasan yang bersifat militer. Untuk kali pertama hal itu terjadi melalui sejarah, yakni ketika ekspedisi Napoleon Bonaparte ke Mesir sekitar 1798-1801. Peristiwa itu tidak saja bermakna penaklukan militer tetapi juga eksplorasi ilmiah. Sebab selain membawa militer, Napoleon juga membawa serta 500 ilmuwan ke Mesir. Demikianlah sejak Mesir berhasil ditaklukkan Napoleon-yang kemudian merambah ke wilayah lain-kaum Muslimin disadarkan akan kelemahannya selama ini. Bersamaan dengan ekspedisi Napoleon itu, negara-negara Eropa yang lain seperti Belanda, Inggris, Portugal dan Italia juga melakukan kolonialisasi di berbagai belahan dunia Islam. Negara-negara Eropa itu tidak sekedar melakukan kolonialisasi tetapi lebih dari itu mereka juga membawa misi untuk menancapkan mega proyek yang disebut "modernisasi", berupa paket besar dari Barat yang di dalamnya terdapat ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, agama bahkan budaya. Akibat modernisasi yang kadang-kadang terlihat sengaja dipaksakan itu, telah menimbulkan kontradiksi-kontradiksi di dunia Islam khususnya Timur Tengah.

Gambaran situasi kontradiktif itu dilukiskan secara baik oleh Daniel Lerner sebagai berikut:

"Di Turki seorang pedagang bergairah menginginkan kehidupan kota yang maju, sementara harus tetap dalam kehidupan tradisional di desanya. Seorang petani di Iran dengan bangga mempunyai satu stel jas karena telah berhasil menjadi usahawan tetapi jarang sekali mengenakan stelan itu di luar rumah karena khawatir menimbulkan kecemburuan sosial. Di Jordania, kepala suku Beduin yang buta huruf menganut hukum sukunya di padang pasir tetapi merencanakan untuk mengirimkan anak-anaknya ke luar negeri. Di Libanon, seorang Muslimah terpelajar tertarik pada film tetapi takut pada orang tuanya yang ortodoks. Di Syiria, seorang juru tulis yang kurang berpendidikan berambisi menjadi seorang Tito. Di Mesir, seorang Insinyur muda yang telah memakan daging babi di negeri Barat kemudian menyatakan taubatnya dan masuk ke Ikhwanul Muslimin." (Daniel Lerner, 1983).

Modernisme yang berangkat dari prinsip-prinsip dasar bahwa perjalanan waktu adalah linear; pandangan-dunia antroposentris; idea of progress; benar-benar bertolak belakang dengan prinsip-prinsip tradisional Islam yang memahami bahwa waktu berjalan siklikal; pandangan-dunia teosentris dan; nasib manusia selalu berada dalam kehendak Tuhan (teisme). Uniknya, ketegangan teologis ini secara tak terduga telah melahirkan reaksi intelektual dari kaum Muslimin berupa aliran-aliran pemikiran keagamaan yang kemudian memperkaya pemikiran dan khazanah intelektual-keagamaan Islam. Di antaranya, apa yang terkenal dengan sebutan Modernisme Islam, Tradisionalisme Islam, Fundamentalisme Islam, Neo Modernisme Islam, Neo Fundamentalisme Islam sampai kepada yang belakangan ramai diperbincangkan orang di tanah air, yakni Post Tradisionalisme Islam.

Aliran-aliran pemikiran keagamaan ini satu sama lain berbeda respon dan pendapatnya terhadap isu modernitas. Aliran Fundamentalisme Islam misalnya memandang modernitas lebih merupakan bid’ah yang sewaktu-waktu dapat mengancam otentisitas dan orisinalitas ajaran Islam. Sehingga dapatlah dimengerti bila mana reaksi yang muncul dari aliran pemikiran keagamaan ini berwujud ide perlunya kembali ke Islam yang asli dan murni (salafashalah). Praktik-praktik syari’ah yang dipandang merupakan sunnah Salaf al-Shalih, mendapat tekanan khusus dari program-program keagamaan aliran pemikiran keagamaan jenis ini.

Ini berbeda misalnya dengan aliran Neo Modernisme Islam. Neo Modernisme Islam kelihatan lebih tertarik kepada isu perlunya upaya revitalisasi kekayaan tradisi intelektual Islam dalam menjawab persoalan-persoalan yang ditimbulkan oleh modernitas. Tetapi pada saat yang sama berusaha untuk tidak terjebak kepada situasi antagonistik antara Islam dan Modernitas. Neo Modernisme Islam berpendapat, kekayaan tradisi intelektual Islam klasik bila digali, akan memberikan jalan yang mulus dalam memecahkan problem kejumudan umat Islam dan dapat memberikan terobosan yang tidak konfrontatif dalam pertentangannya dengan modernitas. Itulah mengapa kemudian, bila khazanah-khazanah intelektual Islam klasik menjadi objek kajian favorit bagi aliran pemikiran keagamaan ini.

Sementara Post Tradisionalisme Islam berbeda lagi pola responnya terhadap modernitas. Sekilas bila tidak diamati secara jeli, kesan yang timbul pada aliran Post Tradisionalisme Islam adalah tidak lebih dari pada Modernisme Islam awal yang sinis terhadap tradisi Islam. Padahal sebetulnya, masalahnya tidak sesimpel itu. Post Tradisionalisme Islam, selain giat dalam usaha revitalisasi tradisi Islam, tetapi juga sangat kritis terhadap tradisi itu sendiri. Bahkan bagi aliran pemikiran keagamaan ini merupakan hal yang sah mendekonstruksi tradisi, sekalipun tradisi itu dipandang sakral. Boleh jadi aliran ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari metodologi Neo Modernisme Islam.

Perbedaan-perbedaan pemikiran keagamaan internal Islam dalam menjawab tantangan modernitas yang memang kebetulan datang dari luar (eksternal) dirinya itu, tidak sedikit memberikan pengaruh pada perbedaan sosiologis dan teologis komunitasnya masing-masing. Hal ini misalnya dapat diamati pada situasi keagamaan generasi muda Muslim di tanah air sekarang ini. Sementara yang terpengaruh pada aliran pemikiran keagamaan tertentu, sebutlah Post Tradisionalisme Islam yang juga sama-sama diimpor itu, membuat langgam keagamaan komunitasnya menurut aliran pemikiran yang mereka apresiasi. Demikian pun yang disebut dengan aliran Fundamentalisme Islam-istilah ini hanya untuk memudahkan pembedaan (distingsi) secara sosiologis dan teologis saja, sama sekali tidak berpretensi politis-juga membuat langgam keagamaan komunitasnya menurut aliran pemikiran yang mereka apresiasi. Sehingga yang terjadi kemudian adalah melebarnya jarak antar komunitas Islam, baik secara sosiologis, politis bahkan teologis. Apa yang kita saksikan pada kasus somasi iklan "Islam Warna-Warni" dan "Kondom" di televisi swasta beberapa tempo yang lalu adalah manifestasi jarak yang lebar-baik jarak sosiologis, politis maupun teologis-antar komunitas Islam yang berujung pada "konfrontasi"-walaupun masih pada level yang lunak-yang seharusnya tidak perlu terjadi..

Untuk mengantisipasi dan mengeliminir ekses yang lebih lanjut dari situasi keagamaan internal Islam yang tidak sehat ini, maka seharusnya digalakkan dialog ke dalam agar menghasilkan situasi keagamaan yang kondusif dan berwajah persaudaraan. Pengalaman pahit karena perbedaan mazhab dan aliran teologis dalam sejarah peradaban Islam di masa silam, tidak perlu diulangi kembali di abad yang penuh teka-teki ini. Agenda pluralisme ke dalam internal Islam tidak kalah pentingnya dengan agenda pluralisme ke luar yang digembar-gemborkan para intelektual kita tersebut. Akhir kalam, wallahua'lam bisshawab.


By : Buddy

Drama itu berjudul kapitalisme.....

Bahwa kehidupan di dunia ini laksana drama saja. Tergantung siapa yang berkuasa menjadi sutradara dan pembuat skenarionya. Para pemeran hanya tinggal menjalankan apa yang telah dibuat oleh sang sutradara dan penulis skenario. Tidak ada pilihan lain kecuali menjalankan skenario yang tersedia. Paling hanya diberikan kebebasan kepada si pemeran berupa improvisasi yang tidak keluar dari koridor skenario.


Begitupun yang terjadi pada sistem masyarakat hari ini. Drama penghisapan manusia terhadap manusia sudah sejak lama berlangsung dipentaskan. Sang sutradara dengan jenius merancang drama tanpa banyak yang menyadarinya. Mereka mengira bahwa mereka sedang menonton saja tanpa terlibat sebagai pemain. Padahal sesungguhnya mereka sedang memainkan peran yang ada kalanya sebagai figuran, korban, pengganti, atau bahkan sebagai pemain utama.


Drama penghisapan manusia terhadap manusia ini akan selamanya berlangsung, jika manusia itu sendiri tidak menyadari bahwa drama itu sedang berlangsung di depan mata mereka dan sedang mereka perankan. Yang telah menyadari bahwa mereka sedang memainkan peran dalam drama tragis ini pun tidak akan sanggup menghentikan pagelaran drama tersebut, bila hanya sampai pada sebatas insyaf saja tanpa ada aksi untuk menghancurkan seluruh penopang terjadinya pagelaran drama tersebut. Yang memerankan sebagai si korban hanya akan sia-sia saja jika jalan keluarnya hanya berjuang keluar dari peran sebagai si korban untuk menjadi pemeran yang lebih enak dan menguntungkan. Yang demikian itu ibarat hanya bertukar peran saja, sementara drama terus saja berlanjut. Sama halnya mengganti pemain dengan pemain lain, yang tentu saja tidak akan menghentikan jalannya drama atau akan merusak skenario.


Drama yang berjudul Penghisapan Manusia Terhadap Manusia ini hanya bisa dihentikan jika si pemain yang paling menderita dalam drama tersebut bersatu untuk keluar dari pagelaran drama yang telah menyiksa mereka selama ratusan tahun tersebut, dan menghancurkan skenario, pendukung-pendukungnya, merobohkan pentasnya, terutama memenggal kepala sang sutradara dan penulis skenario tanpa harus menghiraukan rasa belas kasihan, karena mereka sendiri (sutradara, penulis skenario dan pemain-pemain inti) tidak pernah mempunyai rasa belas kasihan kepada mereka yang menjadi korban keganasan dari skenario jahat mereka.


Tetapi sebelum si korban keluar dari drama tersebut, sudah sejak dini disiapkan drama alternatif yang tidak lagi berjiwa kejam seperti sebelumnya sebagai tempat penyaluran dari mereka-mereka yang eksodus dari drama jahat tersebut. Mereka harus mempunyai tempat penyaluran yang lebih baik untuk mengangkat harkat dan martabat kemanusian mereka. Di sinilah sesungguhnya tugas dan tanggungjawab utama para intelektual yang berhati nurani dan yang bermoral, bukan malah menjadi kucing peliharaan para pemilik kekuasaan.

* * *

Demikian pula adanya jika kita tarik dengan keadaan yang menghajar kita hari ini. Drama lama tetap saja berlangsung tanpa diketahui hingga episode ke berapa mesti berakhir. Seakan-akan semua orang pasrah saja dengan “takdir” yang menghajar mereka. Kalaupun ada yang menjerit dan meronta-ronta terhadap dekapan kuat Penguasa yang menyesakkan rongga napas mereka, itu pun hanya sebatas jeritan dan rontaan saja yang tidak ada artinya sama sekali bagi si Penguasa. Secuil pun tak ada hasilnya untuk mengendorkan dekapan kuat lengan-lengan kokoh si Penguasa.


Pemeran penghisap dan yang dihisap boleh saja gonta-ganti setiap saat. Kadang diperankan si kulit putih, si kulit hitam, si kulit coklat, Cina, Eropa, Arab, Jawa, Sunda, Batak, Kristen, Budha, Muslim, Syi'ah, Sunni, anggota NU, Muhammadiyah, Darul Arqam, alumni HMI, sipil, militer, dan seterusnya. Kalau jalan ceritanya tetap tidak berubah, maka hasil ceritanya pun tidak berubah, meskipun pemainnya digantikan oleh si Idealis dari kampung rakyat yang membawa segudang obsesi perubahan. Apalah yang dapat diperbuat oleh si Idealis, kalau perannya sudah ditentukan sejak awal oleh sang sutradara dalam drama tersebut. Alur cerita yang terprogram dalam drama itu sendirilah yang menentukan perannya dalam drama kehidupan yang mengenaskan tersebut. Maka sudah barang pasti, drama penghisapan manusia terhadap manusia pun akan terus berlanjut sampai yang dihisap habis dan punah dari tempatnya. Kalau sudah demikian, barulah berakhir drama kemanusian tersebut. Oh, demikian pahitkah keadaan yang menimpa anak manusia. Wallahua'lam bisshawab.

Wednesday, March 22, 2006

Bush's Instinct

On Meet the Press this Sunday Tim Russert pulled out some old school George W. Bush footage. Russert showed the clip from June 16, 2001 of President Bush answering a question on whether Russian president Vladimir Putin was trustworthy."I looked the man in the eye, I found him to be very straightforward and trustworthy. We had a very good dialogue. I was able to get a sense of his soul; he's a man deeply committed to his country and the best interests of his country." -- George W. BushThe footage is a rather interesting example of President Bush's style, how he makes decisions. He relies strongly on his instincts when dealing with problems, or in this case Vladimir Putin. When he met Vladimir he needed to get a sense of his soul, the cut of his jib.Was it during lunch, on that warm summer day, when George locked eyes with Vladimir and peered into his soul? How long did their eyes remained locked before George knew that he was staring into the eyes of a man he could trust. Was it ten seconds? Perhaps a full thirty seconds? It must have been a magical moment.

Privacy and Civil Liberties Not Bush Priorities

Today Newsweek's Michael Isikoff reports that the Privacy and Civil Liberties Oversight Board created by Congress in December 2004 has yet to hire staff or hold a single meeting. Isikoff reports that the panel will be sworn in by the White House next week. The Privacy and Civil Liberties Board was a recommendation of the 9/11 Commission. Thomas Kean, the commission's chair alleges that the White House "was never interested in this."Yet another example of the Bush administration's contemptuous relationship with Congress, the Constitution, and the American people. Did anyone really think that the Bush administration was going to spearhead the initiative on protecting civil liberties? In the last 6 years has the Bush administration made a single effort to protect civil liberties? Civil liberties ranks pretty low on President Bush's priority list. Here's likely what Bush's priority list looks like:1. Transfer as much money from the Treasury to the wealthy. Just one example is the war in Iraq, the war is costing $4 billion every month. Who do you think gets that money? Here's a clue, Dick Cheney was the CEO of one receiving entity. The tax cuts are the clearest example of the Republican cash grab.2. Diminish or destroy any and all entitlement programs and government regulation of business.That's it. Everything else supports these two priorities. Everything the Bush administration has accomplished supported these two priorities. The Medicare bill was a boon for the pharmaceutical industry. The bankruptcy bill grossly favors the credit card industry over the American people. These two pieces of legislation, coupled with the war in Iraq and the tax cuts, have transferred billions of taxpayer dollars to the wealthy and the corporations they own. I ask anyone to find policy or legislation the Bush administration has promoted or supported that doesn't fit into the aforementioned priorities. This is the CEO administration, full of incompetence and powered by greed.Don't hold your breath for any action from the Privacy and Civil Liberties Oversight Board. The chair of the board is Carol Dinkins, a former law partner of Alberto Gonzalez.Watchdog: What Ever Happened to the Civil Liberties Board?

Tuesday, March 14, 2006

Pornografi Bukan Seni

Apakah pornografi itu sebuah seni..? Bagiku tidak. Seni melahirkan karya yang bernilai estetika, keindahan yang bisa diresapi dengan pengalaman jiwa. Sedangkan, pornografi tidak mengarah ke kesana. Pornografi lebih dekat dengan penggambaran hasrat, gejolak syahwat. Tidak melahirkan kedalaman estetika. Dilihat dari asal katanya pun memperlihatkan demikian, dalam bahasa Yunani kuno, pornografi berasal dari kata porne yang berarti "pelacur". Hal ini menunjukkan bahwa dalam arti bahasanya saja, tidak menunjukkan sebuah nilai yang tinggi, tetapi merujuk kepada selera yang rendah (kitsch). Sedangkan, dalam pengertian keseharian kita, pornografi biasanya dikaitkan dengan gambar-gambar telanjang atau setengah telanjang. Dimana letak seninya..? saya belum menemukan.
Saat ini, perusahaan media telah berlindung atas nama seni. Mereka telah berhasil melakukan aktivitas yang dalam bahasa kaum posmodern disebut "Komoditas Estetika". Menjadikan sesuatu yang pada dasarnya bukan seni, tetapi dibuat seolah-olah menjadi seni, itu semua berujung pada keuntungan material (uang). Wajah nyatanya, mereka memproduksi tabloid-tabloid yang berisi gambar-gambar wanita telanjang. Bagi yang tertarik disiplin "Cultural Studies", sepertinya, mengkaji fenomena itu sangat mengasyikkan ditambah daya pikat semiotika sebagai pisau penjelasnya. Silakan mencobanya kalau punya banyak waktu.
Tapi, ada satu hal yang lebih mendesak yaitu pertarungan ide-ide dan batasan pornografi. Kita harus memangkan wacana ini sebelum mendesakkannya melalui jalur hukum. Saya percaya, solusi terbaik dari masalah pornografi ini adalah payung hukum. Perjuangan melalui jalur ini sepertinya lebih efektif dibandingkan kita harus merazia setiap hari tabloid dan majalah porno yang sudah terlanjur beredar dipasaran. Akan menguras energi bukan !. Makanya, payung hukumlah solusinya. Kampanye tolak media porno tetap perlu, tapi solusi hukum tak kalah pentingnya.
Kini, RUU Anti Pornografi yang sedang digodok di Senayan. Ini menjadi momentum kita untuk berjuang. Bagi yang diluar sistem, silakan melakukan aksi aksi menentang pornografi, menulis di media massa agar opini mengarah ke penegasan tolak segala bentuk pornografi. Tapi, bagi yang dekat dengan kekuasaan, alangkah baiknya kalau duduk bersama dengan anggota dewan untuk membahas tentang batasan-batasan pornografi agar cepat terealisasi menjadi Undang-Undang. Harapannya bisa menjadi payung hukum untuk menindak tegas industri media yang jelas-jelas memproduksi dan menyebarkan media porno. Selamat berjuang yach ^_^.

TOLAK RUU ANTI- PORNOGRAFI / PORNOAKSI!!!!!!

oleh: agung (FS)
RUU APP telah menjadi komoditi politik, pro-kontra terus bergulir…..Pembahasan RUU APP hampir mencapai katasepakat, draft ke-1 berubah menjadi draft ke-2…PAsca penolakan dari masyarakat, khusuznyadari BALi, papuA, dan BaTaM, materi draft ke-1mengalami revisi, dan telah disetujui oleh kesemuaFrAksi, kecuali PDIP dan PDS….JANGAN TERTIPU dengan RUU APP….!!!!!RUU APP yang telah disetujui itu telah mengalamipenyesuaian, telah mengikuti kehendakpengusaha bisniz poRNograFI dan pORnoAKsi,ketika RUU APP tersebut disahkan menjadi UU APP maka sia-sialah perjuangan qta, karena UUAPP tersebut tampil dengan tanpa makna dalampemberantasan poRNOgrafi dan poRNoAkSi….Perubahan dalam draft ke-1 menjadi draft ke-2,saya rasa sebuah hasil kemenangan bagipengusaha BIsniZ pornografi, hal yg cukup fataltelah terjadi, saya ambil beberapa contoh :1. Definisi pornografi, akan dikembalikan kepadadefinisi yuNANI, dimana berasal dari dua kata,yakni poRNe (pelacur) dan gRapHeiN (gambar), yang berarti porNografi ialah gamBar ygmenunjukkan pelacuran. Sedangkan porNoAksiialah porNogRafi yang dijual kepada masyarakat.2. Perubahan pada pasal-pasal di dalam RUUAPP, diantaranya pasal soal CiuMAN di depanumum telah tidak dianggaP Lagi sebagaipelanggaran terhadap UU APP, pasal lainnya ygdihapus, adalah mengenai pakaian didepanumum….FATAL….akibat perubahan tersebut,prilaku CiuMAN, berpelukan didepan umum makabukan hal yg mELanggar UU APP, bahkan gambarsensualitas yg dipandang sebagai seni tidaktermasuk pornoGrafi, asalkan bukan bermotivasipelacuran….PAMER DADA, PAHA, UDEL, BETIZ,bukan merupakan porNOaKSI sebab bukankegiatan melacur….3. SANKSI HUKUM….RUU APP akan menjadiMAcaN oMPoNG, sama seperti UU KEpendidiKaNyang mewajibkan lembaga pendidikan menyediakan pendidikan Agama sesuai denganagama peserta didiknya, TETApi jika melanggar yatidak apa-apa, karena tidak ada sanksihukumnya…..sanksi hukumnya Cuma mengikutiKUHP yg telah ada saja….TOLAK RUU APP..!!!!!!!!!!!!!!RUU APP telah mengakomodir kepentinganindustri pornografi/pornoaksi, draft ke-2 telahmereduksi ide dasar, semangat luhur UUPornograFi…..Kembalikan ke draft ke-1……tolak draft ke-2..!!!!!!!Hidup kebenaran!!!!!
ME :
Waduh-waduh aku sendiri tidak begitu mengerti maksud dari tulisan ini.
Tulisan ini aku dapat dari seoarang temanku yang mengirimkannya lewat Bulletin Board FS. Tulisan ini membuatku bingung??? selain tulisannya aneh tapi juga membuat posisku menjadi "bimbang". Pertama, mungkin aku mendukung dalam konteks "Anti Pornografi"(tetapi tidak semuanya!!hahaha...). Kedua, aku menolak anti pornoaksi, karena didalam pikiranku, aku masih senang lho, kalo melihat cewek2 memakai baju "Tank Top"(ngomong2 bener ga sih tulisannya, sok tau deh gue!!hehehe....) aku hanya ga mau dibilang munafik padahal-kan aku masih senang kalo melihat cewek2 berpakaian wooo.. nan-seksi boo!!!! HAHAHA....^O^ tetapi dalam hal ini aku tidak setuju ada yang mengatakan Pornografi adalah seni, kalo menurutku seni tidak menimbulkan syahwat dan ini sangat berbeda dengan konteks pornografi yang jelas2 untuk menimbulkan syahwat!

By : Buddy

Mewujudkan Kesadaran Kritis Menuju Perubahan!!!

Sungguh tidak beruntung bangsa ini, penderitaan panjang akibat kolonialisme bangsa asing dan penindasan anak bangsa sendiri tak kunjung berakhir setelah momentum reformasi bersamaan dengan kemenangan kubu kaum Neoliberal di berbagai penjuru dunia.
Kapankah kemerdekaan bagi orang papa terwujud dalam arti yang sebenarnya. Merdeka dan berdaulat dalam arti dien, ekonomi, dan budaya, sedangkan cita masyarakat madani adalah impian setiap insan, yang salah satunya dapat diwujudkan melalui proses gerakan pemuda sebagai motor of change, oleh karena itu setiap pemuda dituntut untuk melakukan upaya pemberdayaan sumber daya umat sebagai implementasi dari komitmen moral dan intelektualnya. Komitmen semacam itu merupakan keharusan untuk menghadapi tantangan yang sangat dahsyat, oleh karenanya pendekatan kritis ( critical approach ) transformative menjadi acuan yang sangat penting dalam proses itu merekalah yang akan merencanakan program dirinya dalam memahami strategi dan peluang-peluang yang mungkin dapat meningkatkan martabat dan harkatnya sebagai manusia yang mulia di depan penciptanya.
Sudah sepatutnya gerakan kemahasiswaan Islam mampu mengantarkan kehidupan sosial yang sederajat didepan Allah SWT. Suatu gerakan transformatif yang menumbuhkan kepedulian terhadap nasib sesama, serta mengubah dunia yang timpang, yang banyak didominasi oleh kekuasaan yang menindas kelompok bawah. Yakni bertujuan mempertalikan mitra insani atas dasar kesadaran iman, bahwa sejarah suatu kaum hanya akan berubah oleh Tuhan jika ada kehendak dan upaya dari semua kaum itu sendiri.
Kesadaran kritis rupanya memang jalan yang paling manusiawi untuk mengubah sejarah kehidupan manusia. Yakni mengubah sejarah kehidupan masyarakat oleh masyarakat itu sendiri kearah yang lebih partisipatif, terbuka dan emansipatif. Suatu cita-cita yang melambangkan penjunjungan tinggi harkat dan harga kemanusiaan, keyakinan orang dihargai dan perbedaan pendapat menjadi tradisi. Untuk mencapai situasi seperti itu, harus disadari memang tidak mudah, namun rasanya harus ada yang memulai. Yaitu siapa saja dalam pandangan hidupnya merasa peduli terhadap persoalan ketimpangan social sebagai tantangan iman bersama.
Kita tahu bahwa gerakan kritis dan transformasi sosial yang bersifat partisipatif sudah dimulai oleh organisasi-organisasi sosial tertentu. Namun dari pengalaman selama ini tampak bahwa sebagai gerakan transformasi sosial yang dinamis dan benar-benar dari, oleh, dan untuk masyarakat, tampaknya kegiatan pengembangan masyarakat perlu dipertanyakan kembali kini, apalagi kalau kita sadari bahwa gerakan transformasi tata nilai, tingkah laku individu dan struktur kehidupan kolektif masyarakat.
Hal itu berarti bahwa gerakan kritis tidak cukup dengan menyusun proyek-proyek ekonomi. Sebaliknya, yang lebih diperlukan sebenarnya adalah menciptakan suasana kebersamaan diantara masyarakat itu sendiri dalam membicarakan dan mempersepsi realitas, mencari peluang-peluang di balik realitas itu agar lebih bermakna dilihat dari prinsip-prinsip dasar kemanusiaan yang sederajat sebagai khalifah Allah SWT untuk menciptakan kemakmuran.
Himpunan Mahasiswa Islam ( HMI-MPO ) sebagai elemen masyarakat Indonesia yang bergerak dalam misi Advokasi Mahasiswa dan pemuda, berupaya memposisikan diri untuk membangun kesadaran kritis Mahasiswa menuju perubahan-perubahan social yang transformatif yang menjamin keterbukaan, kepedulian antar sesama, egaliter serta partisipatoris dalam segenap kehidupan masyarakat.
Maka dengan rasa pengabdian yang tinggi sebagai seorang kader ummat, bangsa dan Negara. HMI sebagai oraganisasi pergerakan merupakan momentum yang strategis untuk mengatur dan mendinamisasikan kembali gerak langkah dalam menuai kesadaran kritis Mahasiswa sebagai subyek atau pelaku perubahan. Wallahua'lam bisshawab

By : Buddy

Apa itu Lokalisasi Wacana?SEKEDAR CELOTEH, untuk saudaraku di-HMI

Mengawali rangkaian ide yang akan terlontar dalam tulisan pendek ini, ada dua alasan utama yang mendasari mengapa tulisan ini dibuat, pertama, bahwa secara internal, dalam tubuh HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) telah terjadi apa yang disebut sebagai "involusi pemikiran" dan, kedua, kurangnya apresiasi kita (secara kultural maupun struktural) terhadap wacana intelektual. Kedua alasan tersebut di atas harus dipertimbangkan, kecuali ada alasan lain yang cukup jitu end valid untuk menjaga eksistensi dan nama beken HMI. Kita menyadari bahwa kemandegan gerakan tak hanya terjadi di HMI, tetapi meluas ke elemen gerakan-gerakan eksternal mahasiswa lainnya.
Ide "involusi pemikiran" adalah suatu kemunduran fungsi reproduksi pemikiran (nalar/sebagai pembentuk dan terbentuk). Satu-satunya [dan mungkin ada yang lain] barometer intelektualitas adalah "karya" yaitu kreasi berdimensi gagasan-gagasan perubahan yang bisa dinilai atau diapresiasi oleh "yang lain" (generasi belakangan atau golongan lain). Mengapa mesti gagasan yang berdimensi perubahan? Karena kita sedang menghadapi realitas yang semakin memprihatinkan, menjemukan dan segera menuntut perubahan. Proses terjadinya involusi pemikiran kemungkinan besar diakibatkan oleh kurangnya kesadaran dan keinginan kita untuk melakukan 'study kritis' terhadap tradisi pemikiran yang terbangun selama ini.
Cita-cita besar HMI dalam mewujudkan tatanan masyarakat yang diridhoi Allah SWT adalah tujuan utopis ketika selalu terbentur pada persoalan "metode". Sementara metodologi merupakan bagian dari kajian epistemologi yang memungkinkan elaborasi pengetahuan. Jadi, sebenarnya ada dua wilayah pengembangan yang harus mendapat prioritas; pertama, wilayah epistemologis, dan kedua, wilayah sosiologis. Wilayah sosial-budaya secara langsung adalah efek dari pengembangan wilayah epistemologis yang selalu memiliki sisi pragmatis. Adalah kesalahan terbesar ketika menganggap bahwa kerangka epistemologi HMI telah sampai pada titik final [yang telah diletakkan generasi terdahulu] dan akan selalu menjadi pijakan aksiologis dalam setiap gerakan.
Gerakan intelektual seperti ini adalah gerakan yang bersifat kontinu (berkesinambungan) dan bervisi masa depan yang seharusnya dibangun secara kultural dalam berbagai kelompok ‘studi pemikiran’. Mengapa memakai jalur kultural? Untuk mengantisipasi dan mengeliminir pengaruh struktural yang sering pasang surut dan berpengaruh langsung pada tradisi intelektualitas HMI. Bahwa tanggung jawab intelektual bukan hanya tanggung jawab struktural tapi tanggung jawab siapa saja (kultural).
Gagasan "LOKALISASI WACANA" adalah salah satu langkah strategik untuk mengantisipasi terjadinya involusi pemikiran. Lokalisasi wacana dimaksudkan untuk membentuk tradisi pemikiran dan menjaga pluralitas wacana yang saling berdialektik dalam suatu hubungan jaringan intelektual yang memiliki karakter khas masing-masing. Ini adalah proyek multidimensional yang bervisi perubahan dan berjangka panjang.
Sekedar celoteh, semuanya tergantung temen-temen menilai, bahwa HMI bukan milik siapa-siapa, bukan hanya milik mereka (pemegang stempel Broo!, hehehehe..). Terakhir, mohon maaf bila ide yang terlontar dalam tulisan ini sempat melukai temen-temen dan atas segala kekurangajarannya, gitu loh! hehehe peace...... v ^_^ v

Saturday, March 11, 2006

Sex Is Not Everything

One wise man say! sex is not everything in your marriage life, but without it your life is nothing!
Change your lifestyle, change your mindset. You dont want that hape ^_^

By : Buddy

Traekpol...!!!!!

Tepatnya pada hari rabu tanggal 22 februari 2006, aku bersama temen-temenku dari HMI (MPO) mengikuti Traekpol atau yang disebut dengan Training Ekonomi dan Politik yang di adakan oleh KM-AI (Komite Mahasiswa Anti-Imperialisme) yang kebetulan aku termasuk dalam aliansi dengan komite tersebut yang diadakan di Ciganjur. Pada saat perjalanan training terjadi apologi-apologi sengitku dengan seorang pemateri saudara Mustafid dari PMII UGM Yogya. Dalam pembicaraanya beliau mengatakan " Kita ini menolak globalisasi, maka pada saat ini juga Kita harus keluar dan berhenti dari dunia perkampusan " karena menurut beliau pendidikan yang ada sekarang adalah bagian dan merupakan produk dari globalisasi. Bagiku penolakan atas globalisasi lebih kepada tingkatan system dan ideologi bukannya pada tingkatan produk, ini merupakan terminologi yang salah kaprah. Aku tidak tahu apakah itu merupakan hasil pemikiran beliau atau hanya sekedar wacana yang di lempar agar kemudian ditanggapi oleh para audiens. Bagiku gagasan Globalisasi dan Neoliberal itu pada hakekatnya adalah bentuk baru dari perkembangan Kapitalisme.

Di masa lalu, kapitalisme berubah bentuk menjadi 'imperialisme' dan 'kolonialisme'. Dengan cara menaklukan negeri-negeri lain secara fisik dan menjadikan negeri-negeri itu sebagai jajahan atau koloninya, maka kaum kapitalis bisa secara paksa membeli bahan baku dengan harga yang sangat murah dan sebaliknya. Cara ini terbukti telah mengakibatkan penghisapan dan penindasan yang tiada tara kejamnya..

Dalam konteks Indonesia, hal inilah menurutku yang menjadi sebab musabab mengapa founding fathers republik ini bangkit melawan kolonialisme dan berjuang untuk kemerdekaan bangsa Indonesia. Cara-cara pemaksaan seperti yang terjadi pada masa kolonialisme sudah tentu tidak bisa lagi dilakukan pada saat sekarang karena akan bertentangan dengan hak asasi manusia yang di akui sebagai hak universal. Oleh karena itu, diperlukan cara baru yang lebih canggih, elegan dan seolah-olah lebih manusiawi. Dan cara itu justru dirumuskan oleh kaum neoliberal sebagai globalisasi dan pasar bebas. Inilah menurutku yang akan melahirkan neo-imperialisme dan neo-kolonialisme.

Kapitalisme gaya baru ini (globalisasi dan pasar bebas) sudah hampir dipastikan akan menghasilkan penghisapan dan penindasan gaya baru pula. Bentuk neo-imperialisme ini, penindasan dan penghisapannya lebih canggih, sehingga seringkali membuat orang yang tertindas sendiri merasa senang dan bahagia. Karena mereka merasa diuntungkan tetapi, mereka tidak sadar bahwa kaum neo-liberal telah menguasai mereka dan siap menindas dengan neo-imperialisme dan neo-kolonialisme. Begitu hebatnya propaganda kaum neoliberal, bahaya yang sangat besar dan nyata suadh ada di depan mata menjadi tidak nampak sama sekali. Bahaya persaingan bebas yang hanya akan memenangkan pihak yang kuat saja (free fight competition and survival of the fittest). Seperti contoh pada saat ini, bagaimana mungkin produk negara ini bisa bersaing dengan produk negara lain apabila biaya produksinya lebih mahal. Ini jelas rekayasa dari kaum neoliberal agar negara ini diarahkan kepada tingkatan konsumtif. Tujuan mereka jelas untuk menghancurkan industri-industi besar dan kecil yang ada di negara ini sehingga kita menjadi benar-benar bangsa yang konsumtif. Kemudian inilah yang menyebabkan mereka dapat memegang control di negara ini. Dan pada tahap selanjutnya akan menjadikan jenjang perbedaan antara yang kaya dan yang miskin menjadi semakin lebar, sama sekali luput dari perhatian kita. sekalipun benar kita selalu mengkhawatirkan bahaya kesenjangan tersebuat, namun dalam konteks globalisasi dan pasar bebas, bahaya tersebut seolah-olah hilang sirna dengan sendirinya. Bahaya proses free-fight competition and survival of the fittest dan berbagai akibat turunannya, seperti proses akumulasi dan sentralisasi kapital serta proses proletarisasi kekuatan ekonomi lemah dan menengah, yang merupakan bahaya dasar dari kapitalisme, sama sekali terlupakan. Wallahu a'lam bis shawab.

By : Buddy

Ingin Tuhan Yang Lain

Adakah Tuhan besar karena manusia merasa kecil di hadapan ombak yang bergemuruh bergelora? Adakah Tuhan Agung karena manusia merasa tidak berdaya di hadapan alam yang luas, laut yang tiada bertepi? Kalau begitu Tuhan besar karena kekecilan manusia. Alangkah sederhananya ketuhanan yang demikian.
Aku tidak mau tuhan seperti itu..!!
Bagiku Tuhan tidak kontradiksi dengan cipataanya (manusia). Aku ingin mencari Tuhan yang lain!!!!

Wednesday, March 01, 2006

Jiwa Yang Kosong....

Bila yang tertulis untukku adalah yang terbaik untukmu,
Kan kujadikan kau kenangan terindah dalam hidupku,
Dan kutulis takdirmu di hatiku,
Sehingga membekas dijiwaku yang kosong.

By: Jiwa yang Kosong