(dari berbagai saduran)
Pada tanggal 28 Oktober 1928 para pemuda dari seluruh suku yang mendiami kepulauan yang terbentang antara benua Asia dan Australia berkumpul membicarakan identitas dan nasib mereka, dan ketika pada tahun 1945 Ir. Soekarno memproklamasikan kemerdekaan sebuah negara yang bernama Indonesia, para aktifis kepemudaan pada era itu menjatuhkan pilihan kepada nama "Indonesia" untuk nama negara republik yang akan didirikan, pilihan itu dilakukan tanpa ragu-ragu, dan boleh dikatakan tanpa mendapat tantangan.
Pilihan tersebut tidak terjadi begitu saja dalam sehari di dalam sebuah forum atau rapat raksasa, melainkan hasil proses pencarian identitas sebuah kumpulan suku bangsa yang berada di lautan Pasifik di bagian selatan benua Asia di pertengahan abad XIX, sampai pada nama "Indonesia" yang dipakai untuk sebuah nama perkumpulan pada dasawarsa kedua abad XX. Dan seperempat abad kemudian nama Indonesia benar-benar berarti sebagai sebuah republik yang merdeka.
Nama "Indonesia" bukanlah satu-satunya nama yang pernah diusulkan. Ada beberapa yang pernah dipopulerkan antara lain nama "Nusantara" (artinya kira-kira kepulauan antara dua benua) yang pernah diancang-ancang dan nama ini terdapat dalam cerita negara kertagama, walaupun nama tersebut terasa asing bagi orang di luar pulau Jawa. Dan nama ini kurang mencakup wilayah Indonesia seperti sekarang yang terdiri dari daerah jajahan Belanda.
Pilihan nama "Nusantara" tidak diterima oleh para penulis asing sebagai wilayah yang terbentang antara Sabang sampai Merauke dan tidak menggunakannya di berbagai tulisannya yang menyangkut wilayah tersebut, bahkan menyebutnya sebagai kawasan kepulauan yang luas dan terbentang antara Australia dan Asia yang tidak gampang untuk dibuat suatu batasan.
Sir Josep Bank misalnya menggunakan dan mencamtukan nama India pada nama-nama dipakainya, dua abad lalu pulau-pulau India Timur (East India Island), kepulauan Timur (estern Islands), India Timur (East Indies), Pulau-Pulau Timur Eastrn Isles dan India. Itu semua dipakainya. Bahkan orang yang mendiami pulau-pulau tersebut disebut orang-orang India (The Indians).
Pada 1783 William Marsden menyebut Kepulauan India (India Archipelago) tetapi pada tahun 1812, setelah memakai East Indies dan Kepulauan Malaya (Malaya Archipelago) ia mengusulkan "wilayah kepulauan ini tidak boleh tidak lebih persis disebut dengan mirip-mirip Polenesia". Bahkan Apa yang dipakai Rafles, juga masih menggunakan The Eastern Islands, East Indies, The Indian Islands, Asiatik Isles, Malayan Archipelago, Archipelago saja dan Malay Island.
Seorang ahli Jerman yang sangat terkenal yang bernama Adolf Bastian. Dan ia hidup sebagai professor etnologi dan kurator museum di Berlin dan menulis buku, "Indonesia Oder Die Inseln Des Malayischen Arshipel". Diterbitkan pertama kali di berlin 1884, buku itu ditandai dengan banyaknya istilah Indonesia. Walaupun banyak memakai kata "Indonesia", tapi dalam entry beberapa ensiklopendia, asal kata Indonesia tidak dikaitkan dengan nama Adolf Bastian. Edisi 11 Enclopedia Britannica, vol. XIV, 1911, umpamanya menyebut: Indonesia, nama yang diberikan James Richardson Logan untuk menggambarkan penduduk non Malaya yang kulitnya terang yang menduduki kepulauan Timur..." lalu Grote Winkler Prin Encholpedia, 1970, menulis "nama Indonesia pertama kali dipergunakan oleh etnolog Inggris GR Logan pada 1850.." seorang akhli adat-istiadat Cina dan seorang pengacara asal Skotlandia yang tinggal di Penang pada tahun 1884. Yang menarik adalah catatannya yang berjudul "The Journal of the Indian Archipel and Eastern India", dikerjakan sejak 1847, dan muncul sampai 1863.
Dalam Volume IV Jurnal tersebut 1850 disebutkan bahwa Georger Samuel Windsor Earl sebagai pengarang artikel tentang karasteristik pokok bangsa bangsa Papua, Australia dan Melayu Polinesia, ternyata George Samuel Windsor Earl pernah berkunjung ke Australia pada tahun 1846, kemudian bergabung dengan Logan dan membuka kantor pengacara di Singapura.
Sampai tahun 1850, George Samuel Windsor Earl masih belum mengemukakan akan suatu nama untuk menyebut yang kepulauan yang terbentang antara benua Asia dan Autralia itu. Pada hal pada serial tulisannya ia sudah menyatakan sebuah istilah untuk menggambarkan cabang bangsa Polenesia yang mendiami kepulauan India. Dalam gambarannya tersebut India muncul lagi. Lalu ia mengajukan istilah Melayunesia. Dari istilah Melayunesia kemudian berperoses untuk sampai pada kata Indu nesian kemudian Indonesia.
Istilah "Indonesia" yang beredar pada tahun 1850, muncul untuk menggambarkan daerah kebudayaan dan geografisnya. Ketika nasionalisme Indonesia muncul ke permukaan nama Indonesia menyatu dengan cita-cita nasional dari dari sebuah negeri yang ingin merdeka. Lumrah jika kaum nasionalis tidak suka dengan nama resmi Nederlandsch Indie untuk sebuah negara merdeka yang kita idam-idamkan. Untuk alasan yang mirip pula mereka dulu menolak istilah India. "Indonesia sudah siap dipakai sebagai pilihan yang alamaiah- tidak mendua arti-an tidak berbau kolonial", johannes berkomentar.
November 1917 sebuah faderasi didirikan di negeri Belanda, dari mana mahasiswa-mahasiswa Indologie, nama-namanya: Indonesch Verbond van Studeerenden. Seperti yang ditujukkan Dahm, inilah pertama kali kata Indoensia muncul dalam sebuah nama organisasi, dan secara berlahan-lahan tapi pasti melekatkan diri pada arti geografis dan politis.
Pengertian politis itu setelah dipakai para nasionalis di tahun 1920. Muhammad Hatta, memulai sebuah artikel tentang subyek itu pada 1929 dengan kalimat: Dengan tidak bosan-bosannya sejak 1918 kita telah mempropagandakan Indonesia sebagai tanah air kita. Seorang penulis mengomentari nama itu memperoleh komoditas politik terutama dalam 10 tahun terakhir. Dihitung saat tulisan itu disiarkan 1929 berarti sejak 1919 atau sejak faderasi mahasiswa tersebut terbentuk.
Sebelum dasa warsa ke ketiga abad itu berlalu cita-cita nasionalisme semakin berakar dimasyarakat. Bulan Agustus 1926 Muhammad Hatta menyerukan agar nama Indonesia dipakai dalam kancah gerakan perdamaian dunia yang berkongres di Paris. Hatta sendiri hadir disana dan menjadi jurubicara delegasi Indonesia. Tak pelak atas inisiatif dan desakannyalah nama Indonesia diterima kongres. Dalam kongres perdamaian pemuda sedunia di Oerijssel, negeri Belanda, 2 tahun kemudian, utusan Indonesia terdaftar sebagai peserta dan tercantum nama Indonesia. "Perhimpunan Indonesia". Dan secara kebetulan kongres dibuka 17 Agustus.
Seiring dengan itu, ratu Wilhelmina mengucapkan pidato melalui radio oranje London, di suatu hari sabtu di bulan Desember 1942. dari sana di ketahui bahwa Belanda nampaknya sudah oke dengan penggantian nama Nederlandsche Inde menjadi Indonesia akan tetapi mereka, masih terkesan tidak ikhlas. Dalam berbagai kesempatan hanya satu kali menyebut Indonesiers dan satu kali Indonesie, maka tak heran jika refisi konstitusi Belanda baru terjadi 3 tahun kemudian setelah Indonesia merdeka yakni 1948 hingga menjadi Indonesia akan tetapi rakyat Indonesia tidak peduli, mereka enjoy dengan negara barunya yang bernama Republik Indonesia. Wallahu'alam.
By : Budhi Harto Munir
No comments:
Post a Comment