Saturday, August 05, 2006

Pagi,

Keheningan hati tercabik oleh luka tak berperi

Guruh membahana bersama kelamnya surya,

Namun mentari itu tak pernah pergi

Seperti bintang yang tak lelah untuk bersinar,

Berpijar memberi terang, pada hati yang dilanda bimbang

Di bawah pohon asam disela deru kendaraan perang. Dua anak manusia bercengkrama dalam keheningan. Mereka berbicara dari hati yang tak pernah sepi. Hati yang senantiasa dihiasi kidung-kidung indah serta rentak jantung yang bertalu bagai melodi kehidupan.

Intan : "lihatlah rara, sepertinya tuhan sedang murka, tidakkah ia lelah mendengar tangis anak manusia?"

Rara : "entahlah intan mungkin apa yang kamu pikirkan itu benar atau mungkin juga salah, karena hidup penuh dengan segala kemungkinan. Lagipula sepertinya air mata kita semua sudah kering dengan segala petaka yang kita terima"

Intan : "sampai kapan kepedihan ini terus menghantui kehidupan kita Ra?"

Rara : "Tan hidup hanyalah sebuah pilihan dan bahagia sedih derita serta kehampaan adalah sebuah rasa yang bertahta dalam hati dan jiwa.

No comments: