Friday, August 25, 2006

Ah, Meneketehe!

"Apanya yang merdeka?!. Semua-semua mahal. Orang-orang gedean pada korupsi. Paribasane (pribahasanya) dulu idup kita susah, sekarang tambah susah. Yang kaya tambah kaya yang miskin terus aje miskin," ucap Mak Wati (66) berapi-api saat, Rabu (16/7), saya tanya apakah ia merasa sudah merdeka saat ini.

Mak Wati asal Cirebon adalah penjual rokok pinggir jalan. Kiosnya terletak di pinggir Jalan Mendut, Menteng, Jakarta Pusat. Sudah 53 tahun ia berjualan rokok di kawasan itu. Mulanya, tahun 1953 saat mulai mengadu nasib ke Jakarta ia berjualan di pinggir Jalan Diponegoro. Tahun 1980-an, Tramtib Pemda DKI Jakarta melarangnya berjualan di pinggir jalan utama. Ia pun memindahkan kiosnya masuk ke jalan mendut, sekitar 50 meter dari Jalan Diponegoro.

"Itu liat aja orang-orang yang sekarang udah punya jabatan," lanjut Mak Wati. "Contohnye..

.....(Mak Wati menyebut seorang tokoh politik), dulu aja waktu belum jadi pejabat ngomongnya baek-baek. Bilangnya bagus-bagus terus. Sekarang udah jadi pejabat mana, sama aja sama yang laen-laen. Paling sebentar lagi kena kasus korupsi," Mak Wati nyerocos tanpa bisa dihentikan.

Lho, kok Mak tahu soal orang itu? "Yeeee, kita kan nonton tipi (televisi). Pejabat pemerintah jangan macem-macem deh kelakuannya. Orang-orang sekarang tuh udah nonton tipi semua. Kita biar cuma warung kecil gini juga punya tipi," sahut Mak Wati panjang lebar.

Ia mengaku paling kesal kalau ada orang bicara politik dengan membawa-bawa agama. "Sekarang itu jamannya agama dijual. Ngomongin ini pake bawa agama. Ngomongin itu bawa agama juga. Sampe orang minta-minta aja sekarang bawa-bawa agama. Bawa-bawa kotak bilangnye dari yayasan ini itu. Aduh, udah nggak jelas deh," jelas dia.

Wah, Mak kok ngomongnya politik terus sih? "Tadi kan udah dibilangin, kita punya tipi!" jawabnya.

Mak, yakin nggak kalau pemerintahan sekarang bisa memperbaiki situasi? "Ah, meneketehe! (manakutahu)" jawabnya. Sepertinya Mak Wati memang kebanyakan nonton televisi.




No comments: