Tuesday, March 14, 2006

Apa itu Lokalisasi Wacana?SEKEDAR CELOTEH, untuk saudaraku di-HMI

Mengawali rangkaian ide yang akan terlontar dalam tulisan pendek ini, ada dua alasan utama yang mendasari mengapa tulisan ini dibuat, pertama, bahwa secara internal, dalam tubuh HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) telah terjadi apa yang disebut sebagai "involusi pemikiran" dan, kedua, kurangnya apresiasi kita (secara kultural maupun struktural) terhadap wacana intelektual. Kedua alasan tersebut di atas harus dipertimbangkan, kecuali ada alasan lain yang cukup jitu end valid untuk menjaga eksistensi dan nama beken HMI. Kita menyadari bahwa kemandegan gerakan tak hanya terjadi di HMI, tetapi meluas ke elemen gerakan-gerakan eksternal mahasiswa lainnya.
Ide "involusi pemikiran" adalah suatu kemunduran fungsi reproduksi pemikiran (nalar/sebagai pembentuk dan terbentuk). Satu-satunya [dan mungkin ada yang lain] barometer intelektualitas adalah "karya" yaitu kreasi berdimensi gagasan-gagasan perubahan yang bisa dinilai atau diapresiasi oleh "yang lain" (generasi belakangan atau golongan lain). Mengapa mesti gagasan yang berdimensi perubahan? Karena kita sedang menghadapi realitas yang semakin memprihatinkan, menjemukan dan segera menuntut perubahan. Proses terjadinya involusi pemikiran kemungkinan besar diakibatkan oleh kurangnya kesadaran dan keinginan kita untuk melakukan 'study kritis' terhadap tradisi pemikiran yang terbangun selama ini.
Cita-cita besar HMI dalam mewujudkan tatanan masyarakat yang diridhoi Allah SWT adalah tujuan utopis ketika selalu terbentur pada persoalan "metode". Sementara metodologi merupakan bagian dari kajian epistemologi yang memungkinkan elaborasi pengetahuan. Jadi, sebenarnya ada dua wilayah pengembangan yang harus mendapat prioritas; pertama, wilayah epistemologis, dan kedua, wilayah sosiologis. Wilayah sosial-budaya secara langsung adalah efek dari pengembangan wilayah epistemologis yang selalu memiliki sisi pragmatis. Adalah kesalahan terbesar ketika menganggap bahwa kerangka epistemologi HMI telah sampai pada titik final [yang telah diletakkan generasi terdahulu] dan akan selalu menjadi pijakan aksiologis dalam setiap gerakan.
Gerakan intelektual seperti ini adalah gerakan yang bersifat kontinu (berkesinambungan) dan bervisi masa depan yang seharusnya dibangun secara kultural dalam berbagai kelompok ‘studi pemikiran’. Mengapa memakai jalur kultural? Untuk mengantisipasi dan mengeliminir pengaruh struktural yang sering pasang surut dan berpengaruh langsung pada tradisi intelektualitas HMI. Bahwa tanggung jawab intelektual bukan hanya tanggung jawab struktural tapi tanggung jawab siapa saja (kultural).
Gagasan "LOKALISASI WACANA" adalah salah satu langkah strategik untuk mengantisipasi terjadinya involusi pemikiran. Lokalisasi wacana dimaksudkan untuk membentuk tradisi pemikiran dan menjaga pluralitas wacana yang saling berdialektik dalam suatu hubungan jaringan intelektual yang memiliki karakter khas masing-masing. Ini adalah proyek multidimensional yang bervisi perubahan dan berjangka panjang.
Sekedar celoteh, semuanya tergantung temen-temen menilai, bahwa HMI bukan milik siapa-siapa, bukan hanya milik mereka (pemegang stempel Broo!, hehehehe..). Terakhir, mohon maaf bila ide yang terlontar dalam tulisan ini sempat melukai temen-temen dan atas segala kekurangajarannya, gitu loh! hehehe peace...... v ^_^ v

No comments: