Saturday, March 11, 2006

Traekpol...!!!!!

Tepatnya pada hari rabu tanggal 22 februari 2006, aku bersama temen-temenku dari HMI (MPO) mengikuti Traekpol atau yang disebut dengan Training Ekonomi dan Politik yang di adakan oleh KM-AI (Komite Mahasiswa Anti-Imperialisme) yang kebetulan aku termasuk dalam aliansi dengan komite tersebut yang diadakan di Ciganjur. Pada saat perjalanan training terjadi apologi-apologi sengitku dengan seorang pemateri saudara Mustafid dari PMII UGM Yogya. Dalam pembicaraanya beliau mengatakan " Kita ini menolak globalisasi, maka pada saat ini juga Kita harus keluar dan berhenti dari dunia perkampusan " karena menurut beliau pendidikan yang ada sekarang adalah bagian dan merupakan produk dari globalisasi. Bagiku penolakan atas globalisasi lebih kepada tingkatan system dan ideologi bukannya pada tingkatan produk, ini merupakan terminologi yang salah kaprah. Aku tidak tahu apakah itu merupakan hasil pemikiran beliau atau hanya sekedar wacana yang di lempar agar kemudian ditanggapi oleh para audiens. Bagiku gagasan Globalisasi dan Neoliberal itu pada hakekatnya adalah bentuk baru dari perkembangan Kapitalisme.

Di masa lalu, kapitalisme berubah bentuk menjadi 'imperialisme' dan 'kolonialisme'. Dengan cara menaklukan negeri-negeri lain secara fisik dan menjadikan negeri-negeri itu sebagai jajahan atau koloninya, maka kaum kapitalis bisa secara paksa membeli bahan baku dengan harga yang sangat murah dan sebaliknya. Cara ini terbukti telah mengakibatkan penghisapan dan penindasan yang tiada tara kejamnya..

Dalam konteks Indonesia, hal inilah menurutku yang menjadi sebab musabab mengapa founding fathers republik ini bangkit melawan kolonialisme dan berjuang untuk kemerdekaan bangsa Indonesia. Cara-cara pemaksaan seperti yang terjadi pada masa kolonialisme sudah tentu tidak bisa lagi dilakukan pada saat sekarang karena akan bertentangan dengan hak asasi manusia yang di akui sebagai hak universal. Oleh karena itu, diperlukan cara baru yang lebih canggih, elegan dan seolah-olah lebih manusiawi. Dan cara itu justru dirumuskan oleh kaum neoliberal sebagai globalisasi dan pasar bebas. Inilah menurutku yang akan melahirkan neo-imperialisme dan neo-kolonialisme.

Kapitalisme gaya baru ini (globalisasi dan pasar bebas) sudah hampir dipastikan akan menghasilkan penghisapan dan penindasan gaya baru pula. Bentuk neo-imperialisme ini, penindasan dan penghisapannya lebih canggih, sehingga seringkali membuat orang yang tertindas sendiri merasa senang dan bahagia. Karena mereka merasa diuntungkan tetapi, mereka tidak sadar bahwa kaum neo-liberal telah menguasai mereka dan siap menindas dengan neo-imperialisme dan neo-kolonialisme. Begitu hebatnya propaganda kaum neoliberal, bahaya yang sangat besar dan nyata suadh ada di depan mata menjadi tidak nampak sama sekali. Bahaya persaingan bebas yang hanya akan memenangkan pihak yang kuat saja (free fight competition and survival of the fittest). Seperti contoh pada saat ini, bagaimana mungkin produk negara ini bisa bersaing dengan produk negara lain apabila biaya produksinya lebih mahal. Ini jelas rekayasa dari kaum neoliberal agar negara ini diarahkan kepada tingkatan konsumtif. Tujuan mereka jelas untuk menghancurkan industri-industi besar dan kecil yang ada di negara ini sehingga kita menjadi benar-benar bangsa yang konsumtif. Kemudian inilah yang menyebabkan mereka dapat memegang control di negara ini. Dan pada tahap selanjutnya akan menjadikan jenjang perbedaan antara yang kaya dan yang miskin menjadi semakin lebar, sama sekali luput dari perhatian kita. sekalipun benar kita selalu mengkhawatirkan bahaya kesenjangan tersebuat, namun dalam konteks globalisasi dan pasar bebas, bahaya tersebut seolah-olah hilang sirna dengan sendirinya. Bahaya proses free-fight competition and survival of the fittest dan berbagai akibat turunannya, seperti proses akumulasi dan sentralisasi kapital serta proses proletarisasi kekuatan ekonomi lemah dan menengah, yang merupakan bahaya dasar dari kapitalisme, sama sekali terlupakan. Wallahu a'lam bis shawab.

By : Buddy

No comments: