Thursday, March 30, 2006

Revolusi Sistemik sebagai Strategi Transformasi Sosial

Di beberapa negara yang menggelar perubahan yang signifikan dan revolusioner, kaum tertindas atau kaum mustadh'afien menjadi kekuatan tersendiri yang senantiasa diperhitungkan. Kekuatan besar yang tersimpan pada elemen masyarakat ini sewaktu-waktu dapat dengan mudah dapat termobilisasi melakukan tindakan yang anarkis yang dalam kenyataannya akhirnya mengorbankan mereka juga. Apabila elemen ini tidak mendapat perhatian yang lebih serrius dan baik penanganan yang humanis dan transenden- maka hal yang barangkali paling tidak diharapkan akan senantiasa terjadi. Revolusi sistemik harus memperhitungkan aspek penting ini.

Revolusi sistemik adalah strategi perubahan sosial yang mengakomodasi berbagai pendekatan dengan penentuan secara jelas tahap tahap langkah dan pencapaian yang diperlukan. Revolusi sistemik dapat mengambil bentuk berbagai gerakan sosial yang pernah ada. Misalnya hasil studi Eyermen dan Jaminson (1991:56) yang mengklasifikasi perkembangan gerakan sosial sebagai berikut: Pertama, gerakan sosial tumbuh semacam siklus hidup (life cycle) dari tahap persiapan (gestation), disusul oleh tahap pembentukan (fomation), menuju tahap konsolidasi (consolidation). Gerakan sosial jarang muncul secara spontas tetapi memerlukan waktu persiapan. Kedua, tidak ada gerakan sosial yang berhasil tanpa tersedianya “kesempatan” (political opportunity), konteks ketertampungan masalah-masalah sosial serta konteks komunikasi yang membuka kemungkinan bagi artikulasi masalah dan penyebarluanan gagasan. Ketiga, gerakan sosial tidak dapat hadir hingga adanya individu-individu yang siap ambil bagian di dalamnya, bersedia mentransformasikan masalah pribadi menjadi masalah publik, serta mau terlibat dalam proses pembentukan identitas kolektif. Dengan demikan maka setiap perubahan yang terjadi perlu persiapan yang matang dan konsolidasi, baik dalam penciptaan opini bersama - common enemy maupun pada aspek konsolidasi gerakan. Menggunakan hasil studi di atas maka individu-individu yang dimaksud yang harus mengambil bagian dalam transformasi adalah individu tercerahkan yang terlibat pada masalah yang tertimpa kelompok tertindas mustadh'afien sampai membentuk identitas kolektif menuju perubahan yang diharapkan.

Perubahan diharuskan memiliki The ultimate goal yang pasti. HMI (MPO) mengemas pilihan harapannya dengan term Baldatun Thayyibatun Wa Tabun Ghafur. Istilah ini menjelaskan sistem dan wilayah sekaligus. Pada dataran implementatif yang empiris perubahan tersebut akan mengarah pada good and clean governance bagi suprastruktur masyarakat dan keadilan sosial dan kesejahteraan society justice and welfare khususnya bagi kesejahteraan kaum mustadh'afien pada akar rumput infrastruktur masyarakat. Konstruksi good and clean governance merupakan cerminan dari pemerintahan yang partisipatif civil society, adil dan berkeadaban, penegakan supremasi hukum, terakomodasinya hak-hak sipil, dan adanya kewajiban negara untuk mengayomi masyarakat. Upaya masyarakat untuk mewujudkan hak demikian harus merupakan akumulasi dari perjuangan berbagai pihak dan lebih khusus lagi adalah bangkitnya kaum mustadh'afien dan terakomodasinya hak-hak dan partisipasi mereka secara adil dan benar. Hanya dengan jalan demikianlah, perubahan dan revolusi sustemik menemukan signifikansinya.

HMI (MPO) dalam berupaya mengkonsentrasikan diri dan realitas masyarakat yang terabaikan hak-hak dan partisipasinya ini sebagai suatu langkah untuk menggebrak dan menopang perubahan. Semoga!!



By : Buddy

No comments: