Sunday, April 02, 2006

HMI, Kaum Lemah dan Terpinggirkan, dan Boneka Neolib

Kapankah kemerdekaan bagi orang papa terwujud dalam arti yang sebenarnya??. Merdeka dan berdaulat dalam arti dien, ekonomi, politik dan budaya.

Kongres yang lalu diselubungi oleh dua hal. Pertama, reformasi telah mati. Solusinya, kita harus maju kepada jalan revolusi. Kedua, siapa yang harus dipersalahkan atas matinya reformasi? Jalan praktisnya adalah menimpakan kesalahan tersebut sebagai murni kesalahan pribadi Gus Dur. Himpunan memilih untuk menyalahkan dua hal. Pertama, matinya reformasi merupakan akibat dari systemic damage warisan ORBA serta tetap diakomodasinya status quo ORBA di lembaga-lembaga demokrasi. Kedua, matinya reformasi merupakan cermin gagalnya seluruh tokoh dan kelompok "reformis" dalam menggalang cita dan kerja reformasi. Tercatat aksi Himpunan yang meminta agar elit politik menghentikan pertarungannya; atau turun semua saja. Himpunan juga sempat memberikan catatan penting bagi seluruh pihak. Yaitu agar semua pihak lebih memperhatikan nasib kaum mustadh'afiin yang di era reformasi semakin menderita. Begitulah mengapa muncul "Revolusi Sistemik untuk Kaum Mustadh'afiin", sebagai jargon perjuangan Himpunan.

Cita-cita tersebut tampak melintas di sepanjang sejarah kemanusiaan di dunia. Ali Syari'ati mengingatkan kita untuk waspada terhadap koalisi para pengusaha, penguasa, orang pintar dan para agamawan. Kita sering mendapati situasi dilema. Di tengah hancurnya seluruh sendi kehidupan manusia, apakah arif membubarkan Indonesia? Jika iya, bukankah ini yang diinginkan oleh kekuatan neolib dunia. Namun, apakah dengan dasar peringatan ini, berbagai kepincangan pemerintah akan kita diamkan hanya untuk menyelamatkan kepemilikan kita atas wilayah Indonesia?

Dalam merealisasikan semangat untuk merevolusi sistem yang berpihak kepada kaum papa, Himpunan dan sebagian masyarakat yang setuju dengan ide itu, setidaknya harus dapat menjawab satu hal. Bagaimana strategi yang tepat agar ketika Himpunan menghantam pemerintah yang lalim terhadap kaum papa, tidak serta merta sebenarnya menguntungkan kekuatan neolib dunia? Begitu pula sebaliknya. Pertanyaan ini menuntut Himpunan agar mampu menata cara pandangnya terhadap beberapa kata pokok: neoliberal (rezim politik dunia: DK PBB, rezim moneter: IMF, rezim keuangan: World Bank, dan rezim perdagangan:WTO), pemerintah boneka neoliberal, fungsi dan status negara, corporate, dan rakyat papa.

Tantangan ke depan masih dalam paradigma dan suasana yang sama. Bahkan belakangan kekuatan neolib memperlihatkan tanda-tanda yang sama dengan perilaku mereka satu abad silam. Politik terorisme USA, telah memakai cara-cara imperialisme lama untuk memaksakan dominasinya. Jika USA mengarahkan moncong senapannya ke hidung kita, apakah kita sanggup mempertahankan kemerdekaan kita. Bagaimana nasib orang desa, gelandangan kota, pengangguran, dan kaum papa lainnya jika kejadian Irak menimpa kita. Mungkin kita tidak sempat lagi mengingat perilaku kotor dari TNI, Partai Golkar, dsbnya. Seperti kiamat saja.

Oleh karena Himpunan harus memulai berpartisipasi untuk merekonstruksi kembali tata kehidupan yang dirusak oleh orang luar dan agennya di dalam. Tentunya kita harus segera menetapkan visi keindonesiaan yang sesuai dengan nilai dan semangat progresif dari dien yang tercermin ke dalam pandangan kita tentang ekologi dan manusia papa. Kongres juga berkewajiban untuk merumuskan perubahan sistemik kelembagaan agar compatible dengan tuntutan peran perubahan di tersebut. Merdeka 100%.

Pokok-pokok Permasalahan

Pertama, Himpunan dan kaum lemah yang terpinggirkan menghadapi kembali berkuasanya faham liberalisme (neoliberalisme) di panggung dunia. Diduga jenis imperialisme dan kolonialismenya akan menghasilkan problem struktural dan kultural yang yang lebih buruk dibanding sebelumnya. Diperlukan konsep, strategi dan langkah-langkah taktis dalam melawan dan mensiasati segala bentuk manivestasinya.

Kedua, Himpunan dan kaum lemah yang terpinggirkan menghadapi kondisi Indonesia yang mengalami kehancuran budaya yang tercermin dalam systemic damage yang dialami oleh negara. Hal ini memerlukan solusi jangka panjang, agar proses way outnya tidak memukul balik kondisi kaum mustadh'afiin yang sudah papa.

Ketiga, Konsolidasi gagasan pembelaan kaum lemah dan terpinggirkan di dalam tubuh Himpunan belum tertata rapi. Hal ini menuntut untuk ditata kembalinya cara pandang Himpunan terhadap problem internasional (neoliberalisme), systemic damage Indonesia, dan kebutuhan pragmatis kaum papa akan kebutuhan pokok, pendidikan, dan kesehatan.

Institusi Himpunan masih harus dirombak dan disempurnakan agar mampu menjadi institusi think tank, institusi advokasi, institusi eksperimentasi bagi penyelesaian berbagai persoalan dia atas secara lebih sistematis dan terencana. Selain itu network Himpunan baik di dunia gerakan Islam maupun gerakan lainnya perlu dikumpulkan dan ditata kembali agar seluruh perencanaan dapat berjalan sesuai dengan pokok masalah dan momentumnya. Wallahu a'alm bissawab



By : Buddy

No comments: