Friday, July 21, 2006

Ruqyah, Antara Tuntunan dan 'Tontonan'

Ditengah marak dan larisnya pengobatan alternative, ruqyah jelas berbeda dengan pengobatan lainnya. Menyamakan ruqyah dengan pengobatan alternative yang ada banyak menggunakan klenik mistis. Dan semua yang dinamakan ruqyah, benar-benar sesuai dengan tuntunan Rasulullah. Banyak juga 'ruqyah' yang menggunakan mantera-mantera tertentu atau jika menggunakan doa, sering jauh dari tatacara yang dituntunkan Rasulullah.

Maraknya klaim atas ruqyah ini memang menyiratkan betapa pengobatan ini tengah ‘naik daun’. Sehingga banyak peghusada (baca: paranormal) yang tak malu menempelkan label ruqyah pada praktek pengobatanya. Tinggal sekarang, masyarakatlah yang memilih dan memilah. Mana pengobatan yang benar-benar disebut ruqyah dan mana yang 'ruqyah-ruqyah'-an. Apalagi, ruqyah kini menjadi salah satu komoditi entertainment (hiburan). Sehingga dikhawatirkan, animo masyarakat yang tinggi sebagai salah satu dampak dieksposnya ruqyah di media massa, justru terakomodasi oleh pengobatan yang sejatinya bukan ruqyah.

Sebuah amalan yang banyak digandrungi memang memiliki kerawanan yang tinggi untuk terjadi penyimpangan. Awalnya, ibadah tersebut memang ada dasarnya dalam syariat. Namun ketika ia berubah menjadi komoditi yang mendatangkan uang, rambu-rambu syariatpun lantas dibuang.

Kita bisa melihat ketika di masyarakat muncul fenomena dzikir ramai-ramai, maka saat itulah menucul kekeliruan yang serius karena ternyata amalan tersebut tidak ada contohnya dari Rasulullah. Ketika masyarakat demikian suka dengan cerita-cerita untuk menggugah hati atau agar manusia mau bertobat kepada Allah SWT, muncul pula penyimpangan-penyimpangan yang sangat berbahaya. Karena di samping cerita-cerita itu banyak yang dusta (fiktif), juga di dalamnya banyak mengandung khurafat yang bisa merusak akidah umat.

Karena itulah dalam kita tidak boleh terjebak oleh model pengobatan berkedok ruqyah, namun sejatinya klenik mistis. Apalagi kalau terpesona dengan busana yang digunakan Tabib. Parameter yang digunakan adalah dalil. Karena banyak terjadi disekitar kita, pengobatan yang dilakukan olah 'kyai' atau 'tokoh agama' namun menggunakan doa-doa yang tidak dikenal syariat, bahkan menggunakan jin sebagai alat.

Apa yang dilakukan ini semua semata sebagai nasehat bagi kaum muslimin. Karena memang celah untuk terjadi penyimpangan bisa berasal dari mana saja. Bisa jadi menurut akal dan perasaan kita baik dan membari banyak manfaat, namun dalam pandangan syariat ternyata sesuatu yang keliru dan berbahaya. Karenanya, tidak ada jalan lain agar kita senantiasa selamat selain dengan banyak-banyak mempelajari agama.

By :
Redaksi Asy Syariah

No comments: